Hari ini, semua kembali panas. Kurasa ayahku benar-benar buta. Coba bayangkan dia memarahiku karna memukul adikku kemarin.
Rasanya memang dia tidak menganggap aku manusia. Karena tidak bisa jadi manusia yang memuaskan hasratnya lagi. Adikku juga munafik, dia menambah-nambah masalah dengan mengarang-ngarang cerita. Berkisah Ia tidak terlibat dan saya asal memukul tanpa sebab.
Saya kira, kecuali ibuku, saya sering mendengar bagaimana ayah menjelek-jelek kan ku pada saudara-saudaraku. Mengatakan kalau saya yang paling buruk di antara semua manusia paling buruk sekali pun.
Hari ini, ibu mendengarku mengucapkan "..... Saya Tak ingin dihamili dia lantas salahkah karena saya menikah?"
Ibu menangis. Saya tahu Ia sudah tidak sanggup. Tetapi kenapa dia masih bertahan? Kenapa Ia tidak pergi? Kenapa keluarga ini masih harus begini?
Saya pun letih. Sekali. Saya capek untuk hal-hal yang semacam ini. Seakan damai tidak terpikir dalam otaknya. Apakah semua manusia yang sholat seperti itu? Bukankah (katanya) percuma sholat kalau kelakuan tidak baik maka tandanya tidak baik sholatnya?
Mau bagaimana lagi?
Suamiku juga bodoh. Di saat semacam ini, mana dia ada dirumah. Aku lelah menghubunginya tiap kali lalu yang ada dia Tak mengacuhkan.
Cukup sudah. Bahkan ayahku menelepon ke nenekku hingga semua om dan tanteku tahu, kalau aku ingin membunuh adikku. Seolah-olah tidak mempertanyakan mengapa aku bisa memukulnya.
Aku benci semua orang. Kenapa cobaan ini kian datang bertubi-tubi. Kenapa ayahku tidak mati saja? Tahu begini, kemarin kubunuh saja adikku. Paling tidak aku bisa jauh, tinggal di tempat lain tanpa melihat wajah iblis yang menzalimi kami.
Siapa yang mau mendengar rintihan? Sampai kapan mau begini? Kenapa Tuhan tidak ambil saja nyawanya? Matikan manusia jahat itu.
Hanya karena kelakuanku buruk aku dijelek-jelekkan oleh ayahku. Aku tahu aku sudah Tak dianggap anak. Terlebih dengan penyakitnya kukira dia pasti mengidap gangguan.
Aku tidak takut padanya. Aku ingin ayahku mati. Aku ingin membunuh dia. Namun tidak kulakukan karena aku menghargainya sebagai orang tua.
Percuma dia mengucap kata suci Alquran. Kurasa mulutnya kotor selalu mengucap kata kata kasar, menghina dan mengata-ngatai ku dengan bermacam hal.
Aku ingin pergi dari sini. Aku ingin ibuku pergi saja. Aku ingin ini berakhir. Aku ingin selesai. Aku ingin tidak ada ayah. Aku ingin hidup baik, tenang dan damai. Kurasa manusia satu itu lah yang mencipta dosa di rumah ini.
Dia tidak mendengarkan penjelasan. Hanya dia yang mau didengar. Hanya dia yang benar. Menurutnya kita hanya mencemari udara dengan memberikan penjelasan.
Mau bagaimana lagi? Mau apa lagi?
Lelah. Letih. Aku nyaris gila karena ini. Di mana suamiku? Kuharap dia di sini melindungiku. Nyatanya Ia Tak jelas di mana rimbanya.
Laki-laki di dunia ini sama saja. Keras kepala dan selalu merasa benar. Hanya mau didengarkan tanpa melihat penderitaan yang kita alami. Tanpa mau tahu seberapa susah kita menanggung sesuatu.
Ayahku, suamiku sama saja. Hanya bisa membuat kami menangis dan tertekan batin. Hanya bisa menghancurkan hidup kita dan berlaku sesuka hati setelahnya.
-------------------------
No comments:
Post a Comment
Leave comments here!