Tuesday, November 6, 2018

DUA LAPAN SEPTEMBER - Gempa, Tsunami dan Likuifaksi Palu

Sehari sebelum dua lapan,  saya masih ingat kalau saya diberi deadline menulis sepenggal harapan untuk Kota Palu yang genap menginjak usia tuanya -- 40 tahun. Masih teringat jelas,  pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada saya: tentang permasalahan kota Palu yang kabarnya susah maju, pembangunan tidak berkembang,  pola pikir orang-orangnya yang katanya masih minim akan kepedulian dll.  Baru saja saya menulis sedikit,  tentang apa yang saya lihat telah terjadi di Palu,  lalu hari itu -- sehari setelahnya,  tanpa diduga-duga sebuah musibah besar terjadi, meluluh lantakkan kota yang kita begitu banggakan hingga ia kembali ke titik awal -- nol,  Kota Palu tanpa apa-apa kecuali kita: kenangan akan memori memilukan itu,  dan kita: yang masih selamat dengan lengkap atau sudah dengan kehilangan.

○ 28 september
KAU SAKSIKAN SENDIRI BAGAIMANA DIRIMU SAAT GETARAN DAHSYAT ITU DATANG

Saya mungkin kurang peka dengan apa yang terjadi di kota ini selama kurang lebih tiga tahun terakhir.  Kesibukan saya sebagai ibu rumah tangga membuat saya kurang berbaur dengan berbagai kegiatan lagi seperti dulu waktu saya masih sedikit lebih muda, dan aktif dengan berbagai kegiatan.  Namun bukan berarti tak tahu,  mengingat kita selalu punya sosial media sebagai tempat untuk menyebarkan informasi lewat jalur cepat tanggap.

Hari itu, jumat,  bertepatan dengan hari pembukaan Palu Nomoni. Kegiatan ini,  sudah mulai diadakan sejak tiga tahun yang lalu,  sejak walikota Bapak Hidayat dan Wakil Walikota AA Pasha menjabat.  Kabarnya,  memang sejak tahun pertama kegiatan ini diadakan,  selalu diikuti dengan musibah hujan deras hingga banjir,  atau angin kencang.  Dan pada hari itu,  sejak sore,  Palu sudah diguncang oleh gempa.  Jujur saja hari-hari sebelumnya juga Palu sudah bergetar.  Akan tetapi,  kami yang sudah biasa dengan itu semua santai dan tak panik menanggapi guncangan-guncangan kecil. Sampai hari itu....

Usai adzan magrib dan kami bersiap siap tuk menunaikan sholat magrib...  Gempa dahsyat menggetarkan jiwa kami. Menggoyangkan bumi yang kami pijaki dengan begitu keras tanpa ampun.  Seakan akan marah terhadap kami yang tinggal di atasnya. Mungkin,  bagi kalian yang membaca ini tak dapat merasakan ketertakutan kami saat kejadian itu.  Kalian tak merasakan bagaimana kaki kami gemetar setelah diguncang sebegitu hebatnya. 7.4 skala richter -- dengan guncangan terkocok seperti berada di dalam blender.  Kami terkocok hebat hingga terlempar.

Motor yang terparkir dengan standar dua terbaring di tanah.  Tembok tinggi jatuh.  Bangunan tinggi retak,  rubuh,  jatuh rata dengan tanah.  Saat itu,  mungkin pertama kali aku menyaksikan gempa yang sebegitu menghancurkan tempat tinggal kami.

Tahukah kawan?  Seketika sore itu menjadi seram dan suram.

Manusia berkumpul di luar rumah.  Mengucapkan Astagfirullah lantang dengan berderai air mata. Kembali mengingat Tuhan saat bencana menggoncangkan bumi tempatnya berpijak. Lalu? Bagaimana kondisimu saat itu?  Apakah kau menjadi salah satu dari mereka yang keluar rumah mengenakan pakaian sholatmu?  Ataukah kamu,  yang keluar rumah masih dengan iler di ujung bibirmu karena masih terlelap di saat panggilan waktu sholat magrib berkumandang lantang?

Sedih sebenarnya saat menulis sambil mengingat hari itu.  Kita jadi melihat sendiri,  bagaimana diri kita sebenarnya.  Yang begitu munafik,  saat bencana datang baru mengingat Tuhan sedang saat senang bertingkah tak peduli dengan melupakanNYA.

Aku bukan ahli menulis ilmu agama.  Yang kutulis hanya apa yang setidaknya aku rasakan agar bisa sedikit bergema dihatimu. Wahai kau sahabat,  yang menyaksikan kami dari jauh.  Menonton kami dari layar tv.  Ketahuilah,  tiada yang bisa mengekspresikan ketertakutan kami malam itu.

Langit mulai gelap.  Tiada angin berembus.  Tiada suara terdengar selain hiruk-pikuk manusia lain yang saling beradu konga (kebohongan/alibi) -- tentang apa yang mereka lakukan saat gempa dahsyat itu menyapa. Ada yang awalnya bilang mau turun memasak di dapur,  lalu berbohong bilang akan mengambil air wudhu. Ada yang bilang sudah mau sholat, tapi wajahnya kelihatan baru bangun dan hanya mengenakan daster bahkan mandi sore saja belum.  Hanya hitungan jari,  mereka yang keluar dengan mengenakan alat sholat mereka,  lari keluar rumah, berpelukan dengan keluarganya sambil berderai air mata menyebut nama Tuhannya.

Di antara kecemasan itu,  ketertakutan itu,  tiada yang bisa dilakukan. Suara gemuruh dan getaran susulan terus-terusan datang. Malam itu terasa dingin,  begitu panjang dan melelahkan. Bumi terus bergetar, berkali-kali,  rasanya seakan-akan ditarik ke bawah. Setiap ada niat mau masuk ke dalam rumah,  entah dengan niat ingin mengeluarkan kendaraan dari garasi,  mwngambil selimut,  minum atau hp yang tertinggal di dalam rumah,  pasti bumi akan langsung bergetar hebat lagi dan lagi.  Seperti mengajak kita bercakap: di saat seperti ini,  masih ingin kau selamatkan hartamu?

Satu malam berlalu seperti dua malam.

Malam itu,  28 september -- yang kau syukuri adalah dirimu yang masih selamat,  keluargamu yang masih lengkap,  malam yang gelap tapi masih dianugrahi Tuhan bulan yang bersinar terang.  Hanya malam itu. Walau ada mereka lain yang tak seberuntung dirimu,  ditempat lain rumahnya hancur,  kehilangan, dan tidak beruntung.

Malam itu,  dari tempatku,  aku pun tak tahu kalau sudah banyak korban. Kalau telah terjadi tsunami.  Kalau ada kampung yang ditelan bumi.  Sungguh tak tahu,  sampai pagi esok menjelang.

○ 29 september
TAK ADA ADZAN, TAK ADA HIRUK PIKUK DOA DARI PENGERAS SUARA MASJID. HANYA BISIKAN SUARA NAPAS CEMAS MANUSIA,  DAN NGOROK TIDUR LELAP MANUSIA LAIN DI KALA SUBUH DATANG

Apa kau ingin tahu bagaimana pagi hari itu datang?

Untuk pertama kalinya,  tak ada doa-doa lantang dari pengeras suara masjid.  Tak ada adzan subuh berkumandang.

Apa tak pilu hatimu?

Orang-orang kelelahan, sebagian  tak tidur semalaman dengan rasa cemas takut terjadi sesuatu yang lebih buruk. Sebagian lagi tertidur pulas, mengorok.  Tertidur seperti tak terjadi apa pun dan tak cemas akan apa pun.  Tertidur sampai lupa,  kalau subuh telah tiba dan langut gelap itu bahkan tak ada suara adzan dari kejauhan mengiringinya.

Pagi itu,  di antara tetanggaku yang lain,  Ayahku berdiri di jalanan -- lorong rumah kami yang sempit dan berbatu,  di atas sejadahnya,  masih dengan pakaian sholat yang ia kenakan saat kejadian magrib kemarin -- beliau mengumandangkan adzan subuh,  di antara suara gonggongan anjing yang beradu,  lalu disusul lagi getaran gempa yang terus terusan datang. Mungkin,  getaran itu ingin memberi tahu: bangunlah kalian,  yang di saat subuh,  saat sebegini masih asik terlelap seolah olah tiada yang lebih penting dari tidurmu.

Bagaimana rasanya?

YA ALLAH tak pernah sebelumnya ada cobaan yang sebegini hebatnya,  sudah terlalu besar dosa kami umat manusia hingga ENGKAU sebegini marahnya...

Keterbatasan informasi,  listrik yang mati total,  sinyal yang langsung hilang tak berbekas membuat kami tak pernah tahu apa yang terjadi di luar sana.

Jika aku ingin mengeluh takut,  dan aku tak kuat melewati ini,  mungkin aku tidak bersyukur.  Tak tahu,  di luar sana,  ada yang tidak seberuntung diriku,  yang telah tersapu tsunami,  yang telah menjadi mayat bergelimpangan di jalanan,  yang terus menjerit kesakitan meminta tolong di antara reruntuhan bangunan,  yang tersedot ke dalam lumpur dengan harta dan rumahnya,  yang kehilangan keluarganya, dan yang hilang semua apa pun miliknya - menjadi sebatang kara di dunia.

Tak ada yang tahu semengerikan itu di luar sana.  Dua hari berlalu,  dengan informasi dari mulut ke mulut kalau sudah banyak korban dan ini bukan sekedar bencana gempa biasa semata.

○ 30 September
KATANYA GEMPA DAN TSUNAMI ITU BENCANA UJIAN DARI ALLAH,  TETAPI BENCANA LUMPUR YANG TIDAK BIASA ADALAH AZAB DARINYA?

Aku tak berada di sana.  Bersyukur sekali mungkin karena aku tak di sana.  Bersyukur karena ALLAH menempatkan aku ditempat terbaik,  dan masih diberi kesempatan untuk hidup membenahi diri.  Mau dengar sedikit ceritaku tentang ini?

Kabarnya,  saat gempa besar terjadi,  jalanan itu terbelah,  lalu keluarlah cairan lumpur yang menggulung manusia,  rumah dan kendaraannya hingga tersedot,  lalu dimuntahkan kembali tak bersisa.  Kalau kau tahu kawan,  kampung/daerah yang terjadi likuifaksi itu,  berubah menjadi gunung -- setinggi pohon kelapa.  Isinya?  Manusia.  Apa itu tidak ngeri.

Astagfirullah.

Di lain tempat,  rumah dan manusia hanyut berpindah tempat sama tergulung lumpur yang katanya sekarang entah menjadi danau atau sungai?

Peristiwa likuifaksi yang terjadi di kota kita ini merupakan yang terbesar di dunia.  Berapa orang yang hilang?  Berapa luas tanah kampung yang hilang? Terjadi sekali dalam sepersekian detik.  Hanya kuasa NYA yang bisa membuat semua ini terjadi.

Tiada maksud apa pun menceritakan ini.  Tetapi,  kalau kita mempelajari Al Quran dijelaskan tentang ini. Mungkin kita juga tahu sejarah daerah yang ditenggelamkan ALLAH SWT  dalam kisah nabi luth?  Saya tidak ahli hadist. Kalian mungkin lebih tahu,  atau kalian juga bisa kaji dan cari sendiri. Gempa dan tsunami mungkin adalah bencana dari ALLAH, tetapi lumpur?  Ada pesan mendalam,  dalam sebuah musibah.

Tak ada niat mau mencela saudara saudara kita yang ditimpa musibah itu.  Tapi begitulah yang kabarnya terjadi. Semoga kau tahu,  kalau musibah yang datang tidak segampang dan sebiasa yang kau kirakan.  Mungkin kau berpikir kalau di kota ini terlalu banyak maksiat yang dikerjakan manusianya,  lalu kau menghakimi dengan suara lantang seolah olah kalian sudah yang paling suci? Baiklah mungkin iya,  hanya kalian dan Tuhan kalian yang tahu.

Tetapi ketahuilah satu hal,  tidak ada manusia yang sempurna.  Apa yang terjadi pada orang lain,  apa yang terjadi ditempat lain,  dipertontonkan Tuhan kepadamu agar kau bisa lebih peka.  Jika salah berubah,  jika belum bertobat segera bertobat,  jangan menjadi sombong di dunia karena bagi Tuhan bumi dan kita -- manusia bukanlah apa apa.

Tidak semua orang -- mereka mereka yang telah tiada meninggal dalam keadaaan mati syahid,  dan hanya saja doakan mereka sebagian lainnya semoga khusnul khatimah.

○1 Oktober
KETERTAKUTAN, KEHILANGAN DAN YANG KAU TAHU TENTANG PENJARAHAN

Sedikit tentang ini,  entah siapa yang mempeloporinya pertama kali. Mungkin karena kondisi saat itu.  Sebagian orang rumahnya hancur,  sebagian orang terkena musibah lumpur, sebagian orang kehilangan keluarganya,  banyak ada yang tinggal sebatang kara seluruh keluarga dan hartanya hilang tak bersisa.  Kalian dengan seenak mulut bilang kalau yang menjarah ini buruk etika. Kalian hanya tidak di sini.  Kalian hanya tidak bersama kami saat itu.  Kalian pikir segampang itu malwan ketertakutan dari perasaan manusia yang ingin bertahan hidup?

Ada malah yang bilang,  menyimpulkan "kalau orang yang terkena bencana tidak akan ada niat untuk mencuri.  Melakukan penjarahan semacam itu" memang benar.  Namun saat itu,  ada yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.  Bahkan ada di suatu tempat,  mereka sempat sempatnya mencuri tv milik tetangganya sendiri.  Walau sebagian lain,  ada yang mengambil makanan,  obat obatan dan pakaian dari beberapa toko yang sudah ambruk untuk bertahan hidup.

Sedih kawan.

Banyak bantuan yang mengalir tapi begitu terlambat sampai kepada kami.

Saya mungkin tidak terlalu butuh.  Tapi saat itu,  hujan sering terjadi di malam hari dan kami tidak punya terpal.  Saya pun sampai mencari hingga ke BASARNAS dan DEPSOS tapi nihil. 

Mereka yang menjarah pun tak sepenuhnya sejelek yang kau fitnahkan.  Mereka membagi susu untuk anak anak bayi,  mereka membagi biskuit dan mi instan untuk tetangganya.  Gunanya adalah untuk bertahan hidup paling tidak sampai bertemu hari selanjutnya.

Betapa sedih untuk mereka yang memanfaatkan situasi ini,  dengan mencuri yang tidak perlu.  MengambMengambil tas jinjing,  sepatu hak tinggi,  ponsel dan yang lain yang tak perlu sama sekali di saat bencana.  Apa yang ada di otak orang orang itu?  Mereka masih berpikir untuk menyimpan barang barang itu untuk digunakan setelah bencana usai?  Bagaimana kalau kiamat hari ini?  Sungguh manusia tidak tahu malu.  Dia bahkan tidak takut dengan Tuhannya.

Saya sempat keluar dari Palu saat itu.  Karena tidak sanggup bertahan,  karena lambatnya bantuan sampai di kami. Paling tidak terpal untuk berlindung dari hujan dan saya punya anak yang kasian sekali kalau harus melewati hidup seperti itu. Miris. Sepanjang perjalananan menuju selatan saudara saudara kita seperti pengemis meminta minta dijalanan dan bantuan hanya melewati mereka.

Hari itu,  sekali pun merasa kekurangan pantaslah kita bersyukur atas apa pun.  Karena sekurang kurangnya kita,  masih ada yang lain yang paling kekurangan. Hari ini palu masih terus gempa.  Hari ini anak anak masih menangis ketika gemuruh terdengar. Laut yang dulu jauh,  kita sudasudah sangat dekat. Daerah  Laut yang dulu manusia timbun dengan niat reklamasi telat lautan rebut kembali.  Air laut meluap luap lebih banyak seperti menegaskan kalau pulau kita sedikit turun.  Entah.

Kita akan bangkit.

Pelan pelan.

Kita akan baik baik saja.  Walau sedikit susah,  tapi kita bisa.

Semoga kita cepat sembuh.

Semoga palu cepat membaik.

Dan,  untukmu kawan.  Ingatlah palu.

Jika sekali saja kau ingin berniat melupakan tuhanmu dan melalaikan ibadahmu,  ingatlah palu.

Butuh dua puluh tiga tahun aku melihatnya tumbuh hingga hari ini, tak butuh satu detik untuk Tuhan meluluhlantakkan semua yang dikehendakinya tanpa sisa. Kita,  harta kita,  orang yang kita sayangi,  semua tidak ada apa apanya.  Sudah sebaik apa  tuhanmu yang ketika kau lalai selalu memberi toleransi. Kali ini mungkin masih ada maaf,  tapi lain kali. .. Mungkin sudah tidak ada ampun.

Jangan sia sia kan kesempatan jika kau masih diberi keberuntungan untuk hidup membenahi diri.

----------------------------

Dari aku, 
Yang menyaksikan Palu hari itu, 
Yang terluka dengan trauma yang dalam. 

1 comment:

  1. BROKER TERPERCAYA
    TRADING ONLINE INDONESIA
    PILIHAN TRADER #1
    - Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
    - Sistem Edukasi Professional
    - Trading di peralatan apa pun
    - Ada banyak alat analisis
    - Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
    - Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT
    Yukk!!! Segera bergabung di Hashtag Option trading lebih mudah dan rasakan pengalaman trading yang light.
    Nikmati payout hingga 80% dan Bonus Depo pertama 10%** T&C Applied dengan minimal depo 50.000,- bebas biaya admin
    Proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama
    Anda juga dapat bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover......

    Kunjungi website kami di www.hashtagoption.com Rasakan pengalaman trading yang luar biasa!!!

    ReplyDelete

Leave comments here!