Tuesday, February 10, 2015

Selalu ada pertanyaan di antara "Kenapa" dan "Mengapa"!

Muncul pertanyaan,
Kenapa seorang wanita yang telah memiliki lelaki sebagai pemimpinnya membenci masa lalu dari laki-laku itu sendiri?

Bila dibandingkan, dengan masa lalu wanita, laki-lakilah yang tak pernah konsisten dengan hatinya. Ada sisi tamak di sana. Ingin memiliki semuanya. Tak heran bila muncul istilah poligami. 

Jika dulu, semasa duduk di bangku SMA kita sering bercerita dengan para sahabat, aku masih ingat dengan jelas. Tentang apa yang kita ceritakan saat itu. Setiap anak perempuan mengutarakan impiannya untuk menikahi laki-laki yang bak ada dalam negeri dongeng. Sayang, kita tak pernah tahu, kalau Tuhan yang merencanakan segala hal entah itu baik dan buruk.

Lihatlah, kadang dunia terbalik. Sebaik apa pun kita di dunia belum tentu akan mendapatkan hal yang baik terus selama perjalanan hidup. 

Terkadang, aku selalu mencoba untuk positif. Bukan melihat ke belakang, Tetapi mematangkan langkah menengadah ke arah masa Depan. Mereka bilang, tak ada masa Depan ketika kau putus sekolah. Benarkah? Aku percaya bahwa selalu ada jalan. Dan dalam perjalanan menelusuri apa yang kita inginkan itu, selalu ada hal berat yang menghadang.

Aku seringkali berasumsi hal-hal negatif, mengapa laki-laki dengan alasan mencari uang, kerja dan lebih nyaman di luar ketimbang mengerjakannya di rumah. Apakah rumah hanya tempat persinggahan?

Muncul perkara, ketika Ia katakan bahwa aku tak pernah mengerti. Seperti bukan manusia, ketika Ia sakit aku malah memaksa akan banyak hal. Mengapa? Mengapa selalu hanya ketika kau di rumah kau mendadak sakit? Dan kenapa? Kenapa ketika siapa pun, teman-temanmu misalnya, menghubungimu atau mereka sedang melakukan banyak hal yang menyenangkan, seakan-akan kau mengabaikan atau melupakan bahwa kau sedang sakit.

Setinggi-tingginya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sepandai-pandainya lelaki berbohong pasti akan ketahuan juga. Mungkin, perempuan suka sekali menuduh yang macam-macam kepada sang lelaki. Bukankah mereka bersifat menjaga? Mereka menjaga, bahwa tak selamanya hatinya bisa kau permainkan dengan berbagai kebohonganmu.

Entah benar atau tidak. Tetapi, kau bisa berkata cinta padaku hari ini. Seolah melakukan berbagai hal yang aku senangi. Tetapi tetap. Sebegitu butanya kah perasaan seorang wanita? Kami perasa dan kami tahu ketika kau sudah tak sama kala dulu.

Wanita itu. Yang ada di masa lalumu. Aku membencinya, sejak pertama kali dia menghasut lingkaran kita dalam rumah dan ikut berbaur. Sudah lama, aku memperhatikan. Kau lebih baik dengan perempuan-perempuan lain ketimbang dengan istrimu sendiri. Seberapa sabar aku? Sampai kapan aku harus bersabar? Dan mengapa orang-orang hanya akan menyarankan kata sabar padaku? Apakah sabar membuat sesuatu berubah?

Cinta itu memilukan. Ketika orang lain bertemu dengan orang yang tepat, mereka bisa bahagia. Namun, banyak orang berubah. Bukan karena mereka bermuka palsu. Tetapi mereka tidak komitmen. Berharap kebebasan seumur hidup, walau tahu Ia sudah punya lingkaran lain yang dilingkari oleh tanggung jawab.

Kenapa? Apakah kau lelah?
Lantas, mengapa? Kau memilih untuk meninggalkan daripada berdiri bersama?

Seharusnya kau tahu, bahwa perbuatanmu harus kau tanggung resikonya. Kita tumbuh, dewasa dalam permikiran. Masa Depan bukan tentang hidup hari ini, Tetapi untuk hidup ke Depan.

Aku benci ketika mendengar, kau berucap bahwa aku dan anak-anakmu adalah keluargamu Tetapi kelakuanmu tak sesuai ucapanmu. Tiap kali kau suntuk, selalu kau tumpahkan dalam lingkaran kita. Memangnya salahku?

Kadang aku bertanya, apa Tuhan ada?
Apa Ia melihat?
Apa Ia tahu ini terjadi?
Lantas kenapa Ia diam?
Apa yang harus aku lakukan?
Kemana aku harus mencari keberadaan engkau?

Ibarat sebuah kaset dengan benang yang kusut. Aku tak mau kisah ini di rewind.

Mungkin kau bisa bilang tidak, Tetapi mungkin saja kau bertemu dengan wanita itu. Perempuan yang sejak aku punya putri pertama seperti ingin mengambil semuanya dariku. 

Tak apa, dia masa lalumu. Itulah mengapa, jangan percaya dengan lelaki. Dia mungkin bilang bahwa engkau takdirnya. Siapa yang mengira, Ia mungkin saja berubah.

Kusebut dia lelaki brengsek. Karena selalu membuatku sesak, tersakiti dan meneteskan air mata.

Aku tak minta siapa pun mengasihaniku. Percuma! Ini hidupku. Aku yang menjalani. Mungkin akan banyak cacian dan gunjingan dari luar sana. Namun aku bisa apa? Ini aku yang jalani dan siapa pun tak akan dapat menyelamatkannya Kecuali aku sendiri.

Aku menulis untuk membagi apa yang aku rasakan. Bukan untuk membuat semua orang tahu bahwa Ia - laki-laki itu tak bertanggung jawab. Tetapi, itulah yang aku bisa. Aku tak tahu ingin bercerita ke siapa. Belum tentu mereka mengerti dengan apa yang aku rasakan. 

Pilu itu sakit. Menahan sakit itu seakan bersiap-siap untuk terbunuh.

Jika Tuhan ada, harusnya Ia tunjukkan kuasanya.

Bila memang aku yang salah, tak menjadi istri yang baik dan semestinya, Engkau boleh menghukumku apa pun sekarang, dan bila memang dia yang tak pantas sebagai seorang imamku, maka bukakan lah mata dan hatinya agar Ia mau sadar akan apa yang Ia lakukan.

Tuhan, apakah wujudmu ada?
Tolong aku,
Kepada siapa lagi aku harus meraung-raung?
Sudah terlalu lama aku sendiri, hingga kini pun aku sendiri. Aku punya banyak teman, namun mereka hanya wujud untuk tempatku bersembunyi di dalam senyuman. Menyembunyikan kepedihanku.

No comments:

Post a Comment

Leave comments here!