Tahun ini, terasa berbeda. Mungkin karena hubungan Kara dan kekasihnya sudah terbilang mendapatkan gelar mantan pacar. Tetapi, berubah menjadi suami. Mion - laki-laki itu kini bekerja di luar kota. Sementara Kara tinggal berdua dengan ibunya, beserta Raisha dan Aqila - putrinya yang masih balita. Menurutnya, hari kasih sayang itu tetap ada, walau tak ia peringati bersama Mion dalam kota kecil dengan teluk indah yang merupakan keistimewaan tempat kelahirannya. Dia dapat berbagi bersama ibunya dan kedua putrinya.
"Rasanya berubah, tetapi tetap membuat kenangan." Ujarnya dalam nada suara yang pelan dan terdengar lembut.
Kara memegang selembar kertas usang bergambarkan dirinya beberapa tahun silam dengan senyuman polos bebas lepas asik dalam permainan luncuran di pemandian bola. Ada sosok ibunya pun ikut terekam dalam gambar tua itu. Sosok yang selalu menemaninya dan selalu berada di sisinya setiap saat ia membutuhkannya. Old picture but never old stories.
Rasanya tak percaya, ia beranjak dewasa begitu cepat. Walaupun, di usia segitu, kadang-kadang ia suka bermanja-manja kepada ibunya layaknya anak lima tahun yang merengek ketika menginginkan sesuatu.
Kita mungkin tanpa sadar, bahwa seberapa pun usia kita kini, kita tetap masih suka merengek kepada Ibu kita. Mungkin itulah yang memberi penjelasan dengan sejelas-jelasnya, bahwa betapa berartinya sosok seorang Ibu dalam hidup kita.
Pernah aku mendengar orang-orang berucap, katanya bagaimana kau memperlakukan ibumu semasa hidupmu, maka seperti itulah perlakuan yang akan kau dapatkan dari anakmu kelak di masa depan.
Rasanya, Kara sudah yakin akan membenarkan hal tersebut. Ia ingat bagaimana rewelnya kedua putrinya yang selalu ingin mendapatkan perhatian dari dirinya walau di saat yang tidak tepat. Kadang, Kara mengeluh pada dirinya sendiri atau pada ibunya karena ia kesal dan menganggap kedua putrinya itu nakal.
Tahukah saat itu apa yang Ibu katakan padaku?
"Kara, kau tak boleh seperti itu. Mengurusi anak itu harus dengan niat tulus dan ikhlas. Harus dengan penuh kasih sayang. Mereka tahu apa sampai kau tega memarahi mereka seperti itu."
"Tapi aku tidak suka melihat kelakuan mereka yang terlalu aktif dan suka membuat hal-hal yang tidak perlu." Tambahku lagi kemudian.
"Kau mau tahu? Dulu, waktu kau seumuran mereka pun kau juga sama. Persis. Kadang, Ibu pun kesal. Tapi, Ibu tahu. Sebagaimana susahnya kita saat merawat mereka akan terbalas kelak ketika mereka tumbuh besar. Lakukanlah dengan penuh kasih sayang, maka sayang yang kau berikan itu pun akan kau dapatkan lebih baik kelak begitu mereka beranjak dewasa."
Aku terenyuh. Batinku tersentuh. Kara memang amat menyayangi ibunya. Mau berkata kasar atau berteriak kepadanya selalu membuatnya berpikir dua kali untuk melakukan itu.
Itulah mengapa, walaupun kini ia sudah menikah, Kara mengakui bahwa ia tak bisa melepaskan sosok Ibu yang selalu ada bersamanya sejak ia kecil dulu hingga kini, ketika ia sudah memiliki imam sendiri.
Kara pun merasa mengerti, tentang pernyataan yang mengatakan bahwa kasih Ibu itu sepanjang masa. Dan itu adalah benar.
Ibu menyayangiku, sebagai putrinya. Dan kini, Ibu pun menyayangi kedua putriku - cucunya, sebagaimana aku, anak perempuannya.
Sejatinya ia adalah wanita, akan menjadi sosok Ibu bagi semua orang. Bagi anak-anak mereka, bagi suami mereka, dan bagi keluarga mereka.
Sosok Ibu ibarat cahaya matahari yang menerangi planet-planet yang berputar di dalam tata surya. Tanpa matahari, dunia akan gelap dan tak menemukan arah dan tujuan mereka.
"Aku menyayangimu, Ibu." Kata Kara sembari memeluk erat ibunya dalam dekapan hangat penuh kasih sayang. "Sangat, sangat menyayangimu!"
Kedua putrinya berlari ke arah mereka sambil kejar-kejaran membawa pesawat kertas dan ikut berbaur bersama Kara dan ibunya.
Kara melepas pelukannya, dan menarik kedua putrinya dalam dekapan hangatnya. Ia mengecup kening keduanya secara bergantian.
Benar. Kita, perempuan adalah sosok murni figur seorang Ibu. Dari kecil kita sudah belajar dan berlatih bagaimana mengasihi dan menyayangi melalui saudara-saudari kita. Karena untuk itulah kita ada di dunia.
Aku menyayangi mereka sebagaimana aku menyayangi ibuku. Karena, ibuku mengajarkan bahwa menyayangi dengan tulus adalah cinta yang tiada duanya di dunia.
"Selamat hari kasih sayang. Tidak hanya hari ini. Tetapi, setiap waktu dan setiap hari adalah hari kasih sayang yang membuat ikatan kami dalam balutan keluarga ini menjadi hangat dan damai."
Hari kasih sayang, dalam bayang-bayang valentine sesungguhnya adalah bercerita tentang kebersamaan, cinta dan berbagi. Walau bukan tanggal empat belas bulan dua, siapa pun tentu akan mengerti, bahwa menyayangi itu tidak lekang oleh waktu. Sekali pun jarak memisahkan. Mereka yang selalu ada bersama kita adalah bagian dari hidup kita yang akan kita cintai selamanya.
Hari kasih sayang, dalam bayang-bayang valentine sesungguhnya adalah bercerita tentang kebersamaan, cinta dan berbagi. Walau bukan tanggal empat belas bulan dua, siapa pun tentu akan mengerti, bahwa menyayangi itu tidak lekang oleh waktu. Sekali pun jarak memisahkan. Mereka yang selalu ada bersama kita adalah bagian dari hidup kita yang akan kita cintai selamanya.
***
No comments:
Post a Comment
Leave comments here!