Saturday, November 23, 2013

Aluna dan kisah hidupnya - HANNA ENKA

Aluna menatapi jalan cerita hidupnya yang hancur berkeping-keping. Tak pernah sekalipun Ia merasa bahagia sedikitpun di dunia semenjak hari sakral itu. Hidupnya berjalan datar dan selalu terjatuh.

Seharusnya, Ia bahkan tidak berhak untuk selalu menyalahkan laki-laki itu. Terus-terusan hingga akhirnya laki-laki itu pun lelah menerima tuntutan Nya.

Hidupnya selalu sengsara. Di rundung duka. Biasanya tanpa sebab. Atau biasa pula pertengkaran itu terjadi karena kebohongan ataupun kecemburuan.

Namun, siapa yang berhak Utk melarang? Itu sudah jalan hidup yang harus di tempuh aluna. 

Dia harus berpura-pura tegar walaupun sebenarnya raganya sudah tidak mampu dan telah sampai di ujung batas.

"setiap orang memiliki titik kejenuhan mereka masing-masing. Ada waktunya raga manusia akan sampai pada Titik itu. Dan, rasanya, aku sedang berada di ambang titik kejenuhan." Aluna termenung.

Aluna selalu kuat. Berpura-pura mendengarkan cerita laki-laki itu, walaupun sebenarnya Ia enggan. Aluna selalu tertawa saat laki-laki itu bertindak konyol di hadapan Nya walaupun sebenarnya hatinya perih.

Dia hanya selalu menjalani hidupnya dengan kebohongan. Seperti yang selalu di tawarkan laki-laki itu kepadanya. Dan tentu saja menjadi wanita seperti itu benar-benar melelahkan.

Sudah berkali-kali pertengkaran itu terjadi akan hal yang sama. Namun, selalu di redam oleh laki-laki itu. Padahal, aluna sangat menantikan, saat-saat dirinya bisa keluar dari jebakan hidup akan kepalsuan itu.

Bukan karena minimnya penghasilan. Bukan karena laki-laki itu Tak mapan, tidak tampan atau pun karena dia hidup melarat. Tetapi, ini karena laki-laki itu tidak tahu bagaimana cara memperlakukannya dengan menempatkan perhatian Nya di tempat yang benar.

Jika bukan karena bidadari kecilnya, aluna tidak mungkin mencoba kuat. Aluna tidak mungkin mau hidup dalam penderitaan itu. Aluna tidak akan mau merelakan sisa hidupnya jatuh bersama dengan berjuta harapan-harapan emasnya yang telah di hancurkan dengan sekali serang oleh laki-laki itu dulu.

"Tuhan maha adil. Dia melihat dan mendengar. Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang hebatnya tidak bisa dilalui oleh hambanya."

Aluna masih saja mempercayai harapan nya itu. Makanya, dia tidak henti-hentinya bangkit kembali saat dirinya terjatuh.

Aluna ingin seseorang menariknya keluar dalam hidupnya yang kelam itu. Bawa dia keluar melihat cahaya dunia. Berikan dia harapan bahwa hidup tidak selalu hitam, akan datang titik terang membasuh gelap itu, kapanpun, dalam waktu yang tidak bisa di tebak, mungkin suatu hari nanti.....

Aluna selalu berdoa, agar Tuhan mendengarnya. Dan agar Tuhan merubah garis tangannya dan memberikan kehidupan yang layak untuknya.

Aluna juga ingin bahagia. Karena ia hidup tidak lagi dengan Kedua orang tuanya, dia berharap Tuhan memberikan kebahagiaan untuknya dan keluarga kecilnya.

Laki-laki itu, sebodoh-bodohnya dia bertindak, aluna tahu, dirinya Tak akan sanggup meninggalkan Nya walaupun dirinya membencinya sekalipun. 

Karena aluna yang dulu memilihnya. Kepada laki-laki itu lah aluna menyerahkan segalanya. Hidup dan matinya, harus bersama laki-laki itu. 

Sekalipun dirinya bukan wanita yang pantas menjadi istri ataupun ibu dari bidadari kecilnya sekalipun. Rasa cintanya akan mampu membasuh kebencian itu sehingga membuatnya selalu melihat ke belakang. Ke belakang, disaat laki-laki itu masih menghidangkan kebahagiaan manis untuknya.

"sampai mati, itu janji kita. Walau tidak mampu untuk ku lewati, aku akan bertahan dan mencoba. Ini karena aku mencintaimu." aluna berbisik mencoba menggetarkan dunia dan seisinya. Hembusan napasnya nyaris terdengar bagai hembusan angin malam yang dingin. Sekaku hatinya.

@hannaaabelle ☺☺☺

No comments:

Post a Comment

Leave comments here!