Kemana perginya? Kamu yang dulu?
Seperti pelan pelan hilang, tersapu angin yang berhembus pelan dan tenang. Terlalu cepat, bahkan detik dari jarum jam pun Tak dapat melihatnya berlalu.
'segalanya, yang terjadi dulu memang lebih indah, begitu lah yang aku percayai...'
Seandainya...... Saja.....
Ya, Seandainya aku bisa kembali pada waktu 'dulu' itu... Aku ingin sekali, berjalan mundur ke belakang. Namun, jangankan angan ku, mimpi pun seakan Tak memungkinkan.
'sosok Nya yang dulu lebih indah dari yang pernah kau kira...'
• Kepedulian.
Aku pikir itu adalah hal yang mustahil sekarang. Bukan mustahil darinya untuk orang lain, tetapi mustahil baginya untukku.
Jika aku pernah berpikir, 'siapa aku?' dan 'siapa mereka?'
Tentu saja, Ia jelas Tak akan dapat memilih. Keduanya penting. Setiap orang penting. Dia tidak dapat melukai salah satunya. Tidak secara nyata, karena jelas Ia mungkin tidak pernah tahu.
Apa aku harus bilang? Apa aku harus memberitahukan Nya?
Bukankah sudah sering? Ya. Aku sering melakukan Nya. Dia mungkin peduli. Peduli sesaat dan kemudian terlupakan.
Sesakitnya aku apa aku lebih membuat Nya sakit dengan diamku?
Bukankah aku diam karena aku jelas memilih untuk Tak terlalu dalam merasakan sakit hatiku? Apa? Pura-pura tegar? Bukankah dari dulu aku memang seperti itu?
Jika aku di tanya,
Apakah aku akan memilih? Jelas saja aku akan mengiyakan. Pelan-pelan, suatu saat nanti aku yakin aku pasti bisa.... Bukan Nya menjauhi mu , melarikan mu, apalagi meninggalkan mu. Aku hanya akan memilih untuk melakukan banyak tanpa mu. Banyak hal yang bisa aku lakukan sendiri tanpa mu. Toh, aku juga Tak pernah banyak meminta atau menuntut. Walau pun ada, bukankah Tak pernah terjadi?
Yang kau lakukan memang kewajibanmu. Aku harus mengerti dan ya sedang coba aku lakukan. Apa tidak bisa sedikit saja kau lihat aku kenapa?
Jika dulu aku pernah bilang, bahwa aku lelah seperti ini. Mungkin memang benar raga ku sudah mencapai batas Nya. Aku tidak akan memaksakan lagi jika memang aku sudah tidak mampu.
Aku mungkin terlalu banyak bicara, membuatmu nyaris muak. Lantas, jika tidak seperti itu bagaimana bisa aku menunjukkan bahwa aku perduli? Matamu benar-benar buta, tidak bisa melihat maksud yang aku tujukan.
'aku menyerah. Biarlah nanti kau yang mulai mencari. Aku sudah mengalah dan berhenti untuk menanti dan selalu mencari mu tapi seolah olah yang aku lakukan Tak pantas di matamu.'
Pergi. Ya. Jauh. Dan nyaris Tak terlihat. Itu lah yang mungkin akan terjadi nanti.
Aku ini Apamu?
Seolah olah 'kita' hanya sebatas 'status' kamu, dirimu bahkan Tak bisa bertingkah layaknya apa karakter mu sekarang.
Aku tahu waktu itu sedikit. Tak cukup banyak. Dan aku lebih mengerti, kau bahkan Tak bisa berkata TIDAK terhadap satu hal dan Tak sadar kau menyakiti apa yang seharusnya malah kau Tak perlu kehilangan.
Sebagai wanita, yang aku rasakan adalah perih. Yang terbentuk adalah Luka.
Wanita mana pun, yang memiliki ikatan, jika suatu saat, lelakinya seolah olah Tak dapat memilih banyak hal dibandingkan dengan Nya jelas akan memilih untuk pergi bukan?
Jika kau lelah untukku, mengapa tidak begitu jika dirimu bersama orang lain? Apa aku hanya tempat beban mu meninggalkan lelah itu?
Kau boleh pergi sesukamu. Kau boleh melakukan banyak hal yang Tak pantas untuk ku batasi. Tetapi, bagaimana jika seperti ini?
Lihatlah aku......
Mengapa Tak kau beri saja sedikit kebahagiaan itu? Mengapa hanya selalu menyakiti ku?
Jelas saja, hidupku terbatas. Sayap ku Tak dapat kukepakkan selebar bentangan ku dulu. Langkahku juga Tak begitu baik lagi sebaik dulu. Ada satu hal yang membuatku Tak akan sanggup meninggalkan sarang ku bahkan jika aku ingin. Dan kau lupa? Bukankah kau yang membatasinya?
'jangan membuatku membenci, membenci apa yang sekarang sedang ku jalani, kamu, dan bahkan apa yang akan terlahir.'
Jika aku mengerti, jika aku tahu akan seperti ini, bukankah cara ku memilih hidup yang dulu memang lebih baik aku lakukan? Lupakah kau tentang semua apa pun yang sudah berlalu? Tentang bagaimana aku pernah menyerah bahkan untuk bernapas kembali?
'pergilah...'
Pergi saja. Jauh. Kemana pun yang kau mau. Ke tempat yang bahkan nyaman bagimu diluar sana.
MeMilih bersama aku , jelas hanya akan membuatmu ikut tersakiti.
Bagaimana tidak? Diluar sana , ditempat lain, kau lihat dalam mengerti bagaimana seorang wanita kau perlakukan, tetapi disini, bersama sebuah cerita hidup yang kau pilih, jelas saja hanya membuat cerita itu ternodai.
'aku hanya tidak lebih mengerti bagaimana bisa, dia sepenuhnya baik dalam memperlakukan wanita, tetapi dengan wanita yang sedang membawa calon kehidupan barunya justru dia payah!'
Tak salah bukan jika dibenak ku malah muncul satu hal,
'mungkin saja, kau bahkan menyesali apa yang sudah kau lakukan?'
Belum. Belum terlambat. Aku pun mungkin menantikannya.
Menantikan waktu itu. Saat benar kau bisa berlalu. Tak apa kau pergi. Karena memang kebahagiaan mu bukan padaku. Dan karena kebahagiaanku yang Tak pernah aku tuntut sekalipun hanya akan terkoyak oleh perih.
No comments:
Post a Comment
Leave comments here!