Sunday, August 23, 2015

Aku dan laki-lakiku - DRAFT FOR THE 4 SERIES OF NOVEL THAT WOULD BE DONE SOON!

Baiklah. Mungkin tidak ada yang salah dengan hidup. Karena masih berjalan dengan semestinya. Selayaknya, dua insan yang saling menyukai, jatuh cinta, berpacaran dan akhirnya menikah. Walau sebagian tidak mendapatkan akhir yang bahagia. Kadang bercerai atau harus ditinggal pergi pasangan karena sebuah hal entah baik atau buruk.

Tetapi tidak adil juga bagiku. Sebagai seseorang yang sudah lama berada di sisinya, aku ingin tahu, sebenarnya dia menganggapku serupa apa.

Pernikahan. Kupikir semua wanita di dunia menginginkannya. Mereka punya banyak imajinasi tentang pernikahan impian mereka. Seperti, bagaimana rancangan baju pengantin yang super mewah, acara yang bersifat Tak terlupakan, tamu yang jumlahnya luar biasa dan tentu saja, rumah untuk meniti masa depan.

Danny - Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Mungkin. Aku tidak bisa menyalahkannya. Sejak pertama kali aku bertemu dan berkenalan dengannya, dia memang cuek dan Tak pernah peduli.

Lihatlah. Kami bahkan jalan berdua hari ini. Berkeliling memutari taman hiburan tapi Ia masih saja sibuk dengan dunianya. Kupikir, laki-laki memang serupa itu. Tidak pernah membuka mata mereka sebentar untuk melihat apa yang salah di sekitar mereka.

Danny Asik dengan ponselnya. Sementara aku duduk di hadapannya, bertemankan minuman dingin dan french fries yang kita pesan bersama.

Lagi, aku seakan ingin berteriak di kupingnya. Tidak bisakah kau nikmati waktu ketika kita bersama? Bagaimana bisa, ketika aku sedang bersamamu, kau malah lebih Asik dengan duniamu. Kebiasaan. Kau terlalu sering mengacuhkan aku sehingga membuat perasaan ku sedikit perih.

Baiklah. Kami wanita memang banyak menuntut. Laki-laki. Apa mereka mengerti bahwa perhatian itu adalah sesuatu yang amat sangat dirindukan oleh kaum wanita? Mungkin kita ingin laki-laki yang romantis. Memperlakukanmu bak laki-laki Korea dengan lembut dan penuh cinta di mana pun. Walau tempat umum sekali pun.

Nyatanya. Hidup bukanlah sebuah drama. Di dalam film, manis cerita cinta itu hanya akan lekat di dalam cerita. Kenyataannya, ya begini. Agak sedikit memilukan.

Kupikir, wanita penuh dengan pertimbangan. Mengapa? Karena mereka mencintaimu. Cintalah yang membuat wanita bertahan. Lihatlah, yang sabar akan selalu di sisi laki-laki semacam Danny. Tak bisa kupastikan, apakah aku juga demikian?

Dunia ini membingungkan. Tentu. Cinta membuat kita takut kehilangan. Tetapi cinta selalu menuntut kita akan banyak hal dan berharap sebuah kesempurnaan. Sadarkah kita, bahwa sebenarnya cinta itulah yang mengajarkan kita untuk dewasa? Sadarkah kita bahwa cinta yang membuka mata kita agar lebih menghargai hidup dan orang lain?

Kupikir, bahagia itu sederhana. Ada Danny - orang yang aku cintai. Di sini, bersamaku dan melakukan hal yang aku sukai. Dan yaaaaaaa..... Aku Tak bisa meminta lebih untuk selalu berharapnya mau mengangkat wajahnya menatapku. Mereka punya dunia mereka sendiri. Lagipula, dunia mereka, yang mereka lukis di atas kanvas kehidupannya itu pun adalah usaha untuk membahagiakan kita, para wanita kelak.

Hanya saja tahukah?

Wanita mana pun selalu menginginkan laki-laki mereka untuk peduli, perhatian, menyayangi, sedikit romantis dan tentu saja, memperlihatkan cinta itu melalui tingkah lalu. Tak lebih dari sekedar ucapan, kecupan, berlalu dalam diam. Singkat saja.

Jika kau ingin tahu apa alasannya, ya singkat saja. Wanita tidak ingin menyesal telah memilih laki-laki itu kelak. Ketika mereka telah menikah dan hidup dalam satu atap membangun sebuah kebahagiaan kecil di tengah rangkulan keluarga kecil.

-------------------------
Hanna Enka 
(Catatan Elina Everdeen - One sided ring)

No comments:

Post a Comment

Leave comments here!