Monday, February 2, 2015

Dua kunci utama pembentuk lahirnya sebuah tulisan

Senin, 2 Februari 2015

Hari ini merupakan hari kedua dari kegiatan Palu menulis II dan hari ini diikuti oleh 10 peserta yang berasal dari berbagai latar belakang, baik itu dosen, penulis, maupun anggota jurnalisme.

Materi kali ini sangat menarik, yaitu mengangkat dua unsur penting pembentuk terlahirnya sebuah tulisan. Yaitu berawal dari motivasi dan kreatif.

Ketika ditanya, apa yang menjadi motivasi dari tiap pribadi sehingga mau menulis sesuatu, muncullah beragam jawaban menarik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari masing-masing orang. Seperti : ingin terkenal, ingin menghasilkan uang dan menjadi kaya, ingin punya karya, ingin menyampaikan kisah berupa curhatan, menjadi lebih cerewet dalam tulisan dan masih banyak hal lainnya yang sifatnya pragmatis.

Secara konvensional, menulis berawal dari diri sendiri. Yang di mana, niat awal menulis itu lahir dari dalam diri masing-masing dengan satu tujuan, entah apa itu dan beragam pastinya. Namun, satu hal yang mencakup semua keanekaragaman itu adalah karena dilandasi oleh:
- rasa ingin tahu kita akan sesuatu, dan
- cara kita untuk mengatakan tentang sesuatu.

Perlunya kita untuk mengerti landasan itu dengan tujuan, agar kita lebih terarah dalam menulis maupun mengekspresikan apa yang ingin kita sampaikan melalui kata-kata.

Unsur bahasa pun mempunyai peran yang penting. Yaitu: simak - bicara - baca - tulis. Yang menurut saya pun memiliki peran dan kadar yang harus seimbang demi tercapainya sebuah wujud tulisan yang baik.

Satu cerita yang pernah saya alami, dan menggambarkan betapa pentingnya unsur bahasa dalam menulis sesuatu adalah, ketika saya mendapatkan tawaran pengerjaan naskah fiksi dari penerbit mayor DIVAPRESS tahun kemarin. 

Kisah romansa percintaan yang saya padu dengan kisah profesi seorang koki, berlatar belakang luar negeri - Miami, Amerika tepatnya, serta dikombinasikan dengan ciri khas Indonesia dalam kebiasaan dan jenis wisata kuliner saya mengerti, seberapa besar kaitan dan seberapa pentingnya ke empat unsur bahasa di atas.

Menyimak saya lakukan ketika ingin melihat atau mencari tahu, bagaimana kebiasaan orang Amerika melalui film yang nantinya akan saya terapkan di dalam cerita. 

Berbicara - saya sempat berkenalan dengan salah seorang warga Amerika, bernama Alvin. Saya harus mengobrol banyak hal dengan beliau ituk tahu seperti apa medan di daerah yang belum pernah saya jamah tersebut. 

Dikuatkan, dengan membaca melalui berbagai sumber sehingga akhirnya akan menciptakan sebuah tulisan yang baik dan berdasar kepada logika.

Jujur saja, naskah saya untuk kisah itu belum rampung hingga sekarang dan masih dalam proses editing naskah karena melalui eksekusi naskah yang terus-terusan meninjau logika berkali-kali, mengingat setting tempat pun adalah tempat baru yang jarang diangkat dalam cerita.

Kualitas tulisan pun harus ditinjau dari berbagai poin. Ibarat teori gunung es. Terlihat besar di permukaan air laut, Tetapi kita tidak tahu kalau di bawah permukaan justru ada bongkahan es yang lebih besar dibandingkan dengan yang berada di permukaan. 

Intinya adalah, yang di permukaan dianggap sudah biasa karena sering dilihat dan diketahui secara nyata. Sedangkan, yang berada di bawah adalah luar biasa karena jika tidak dicari tahu mungkin kita tidak akan tahu apa saja yang terjadi Seandainya kita menabrak gunung es tersebut.

Sama halnya dalam tulisan. Isu yang kita angkat harus benar-benar digali ke dalam jauh hingga dasar meninggalkan permukaan. Karena, dari sanalah kita bisa melahirkan sebuah tulisan yang tidak biasa dan melahirkan pembaca yang tertarik dan menjadi ingin tahu lebih jauh tentang tulisan yang kita buat.

Hasilnya, walaupun menggunakan bahasa tulisan yang sederhana, Tetapi kita mampu menuangkan inti/pokok ide cerita di skala yang tidak biasa atau bisa disebut lebih secara mendalam.

Dikolaborasikan dengan kemauan kreatif kita yang mampu untuk membuka pola pikir menghasilkan ide yang membawa kecenderungan baru untuk tulisan-tulisan yang lebih segar.

Contohnya adalah, mengkolaborasikan jenis tulisan ke dalam tiga aspek yang menjadi inti tulisan yaitu, fiksi, non-fiksi dan ilmiah. Itulah yang disebut dengan menulis kreatif.

Disimpulkan bahwa, menulis kreatif adalah menulis sebuah jenis tulisan tanpa dibatasi oleh ketentuan atau genre itu-itu saja. Tetapi kreatif yaitu mampu menabrak batasan yang ada dan mengkolaborasikannya menjadi tulisan yang lebih baru.

Sumber: Neni Muhidin (Pemateri)
Ditulis kembali oleh Hanna Enka

No comments:

Post a Comment

Leave comments here!