Saturday, February 1, 2014

Impian Musim Panas



            Sena duduk di depan jendela besar sambil menggenggam satu gelas besar berisi coklat panas. Sedari tadi ia sedang asik berbincang-bincang dengan Ryuta seperti biasa. Sena terlihat lebih ceria dari sebelumnya. Ia juga telah banyak berubah. Sena yang dulu pendiam kini banyak mengoceh tentang banyak hal. Ryuta sangat senang melihat perempuan itu telah banyak berubah. Menjadi bagian hidup Oshima rupanya membuatnya hidup menjadi orang yang lebih baik.
            “Jadi? Apa kabar baiknya?” Ryuta memperbaiki posisi duduknya senyaman mungkin dan tidak sabar menunggu kabar baik dari Sena yang membuatnya penasaran sedari tadi.
            “Kau tidak akan percaya ini Ryuta. Aku,” Ia menghela napas panjang sambil meletakkan gelas tersebut tepat di atas meja. “Aku akan segera menikah.”
            “Apa?” Ryuta menatapnya dengan bola mata yang membesar. Seulas senyuman merekah di wajahnya. Hatinya sangat senang. Terlebih lagi saat ia melihat Sena mengatakannya dengan napas yang mengalir bagai desiran air sungai di musim panas tanpa beban. “Bagaimana bisa? Dia memilihmu? Akhirnya, laki-laki itu adalah jodohmu, Sena.”
            Sena menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Matanya menerawang jauh ke depan sedangkan jari-jarinya mengetuk-ketuk pinggiran meja perlahan sesaat ingatannya kembali ke beberapa hari sebelumnya.
            Pertemuannya dengan Oshima terbilang hanya memakan waktu yang tidak begitu lama. Oshima merasa ia sudah sangat cocok dengan Sena dan sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh Sena. Awal maret yang mempertemukan kedua hati itu, ketika setiap warna dari bunga mekar di penghujung musim semi. Layaknya cinta yang juga mekar diantara keduanya. Hampir empat bulan berlalu. Pertengahan bulan Juli, membawa pesan akan kabar baik untuk Sena.


            Masih segar diingatannya, sore itu, ketika Sena menemani Oshima berjalan-jalan mengunjungi beberapa toko-toko Action Figure di Akihabara. Oshima bahkan membuat Figure Anime yang mirip dirinya dan Sena yang dibuat saling berdampingan berdiri satu sama lainnya. Oshima tahu dengan baik bagaimana membuat perempuan bahagia dengan berbagai hal romantis.
            Terlebih lagi, setelahnya, Oshima mengajak Sena berlibur bersama ke pulau Hateruma yang berada di bagian selatan Jepang. Pulau Hateruma merupakan kawasan kepulauan Yaeyama, Provinsi Okinawa. Pulau Hateruma terkenal dengan pantainya yang begitu cantik. Oshima memberinya tiket untuk mengunjungi pulau Hateruma. Tentunya, Sena tidak bisa menolak karena Oshima memohon padanya. Mau tidak mau Sena jelas saja harus mengiyakan.
            Tepat pada libur akhir pekan, Sena dan Oshima berangkat menuju bandara Internasional Narita. Mereka akan terbang dengan pesawat terbang meninggalkan Tokyo menuju Pulau Ishigaki.  Begitu sesampainya di Pulau Ishigaki, mereka lalu menggunakan kapal Ferry untuk bisa sampai di Pulau Hateruma.
            Jujur diakui oleh Sena, ia jatuh cinta kali pertama ia menginjakkan kaki di Pulau tersebut. Keindahan alam, hembusan angin sepoi-sepoi dari lautan yang biru membentang luas, suara deburan ombak yang datang berulang-ulang membuat hati tentram dan damai. Hal itu adalah yang terbaik yang pernah ia dapatkan selama hidupnya. Terlebih lagi, suara burung laut yang memecah kesunyian pun membuat alunan hatinya menjadi begitu tenang.
            “Kau menyukainya?” Oshima lalu merangkul Sena. Sena merasakan lengan laki-laki itu membagikan kehangatan padanya.
            “Ya.” Sena lalu tersenyum. “Terima kasih. Ini adalah liburan terbaik yang pernah aku lakukan.”
            Di tempat itu, bahkan menyediakan fasilitas bersepeda. Oshima langsung menyewakan dua sepeda untuknya dan Sena. Keduanya saling berkejar-kejaran dengan mengendarai sepeda sambil tertawa lepas dengan bahagia. Di saat keduanya telah lelah, mereka berhenti di bawah sebuah pohon rindang sambil berbaring beralaskan pasir putih khas pantai Nishi. Sena menatap langit biru membentang di atasnya tanpa awan berbekas sedikit pun. Langitnya cerah, dengan matahari bersinar terang. Samar-samar terdengar suara serangga di kejauhan ditindih oleh suara desiran air laut yang bergerak maju dan mundur. Bulan Juni adalah bulan terbaik dalam musim panas ketika mengunjungi tempat itu. Terlebih lagi, aroma bunga kamboja yang banyak di pinggiran pantai sekitar tempatnya beristirahat juga mengalun di udara dengan lembutnya. Oshima duduk di sebelah Sena yang masih asik berbaring memandang lurus-lurus ke langit biru.
            “Apa kau lelah?” Tanya Oshima sambil menawarkan sebotol minuman dingin padanya.
            “Tidak. Jika aku lelah, aku akan menyesalinya. Seharusnya aku menikmati berada di tempat ini.” Sena meraih botol minuman dingin tersebut lalu bangun dari tidurnya dan menyandarkan tubuhnya di bahu Oshima sambil meneguk minuman dinginnya tanpa hitungan menit.
            “Aku senang melihatmu tertawa lepas seperti itu. Setidaknya, sedikit demi sedikit akan ku wujudkan impianku membuatmu bahagia.”
            Sena menoleh pada Oshima. Lama mereka saling memandang satu sama lain. Lalu keduanya tertawa tanpa sebab. “Perempuan manapun akan merasa bahagia diperlakukan seperti seorang tuan putri olehmu.”
            “Benarkah?”
            Sena mengangguk pelan mengiyakan.
            “Kalau begitu akan ku buat kau benar-benar menjadi seorang putri yang sesungguhnya.” Oshima menarik lengan Sena dan membantu perempuan itu berdiri. Sena membiarkan kardigannya jatuh melayang begitu saja di atas pasir putih. Sekarang, tatapannya hanya tertuju pada Oshima sepenuhnya. Laki-laki itu menggenggam tangannya sekarang. Segala hal yang mungkin dulu terasa canggung olehnya mendadak sirna begitu saja terbang entah kemana.
            “Sena…..” Oshima mulai berbicara walau suaranya terdengar sedikit bergetar. “Maukah kau jadi istriku?”
            Mata Sena melebar. Ia menggigit bibirnya yang tiba-tiba bergetar. Matanya berkaca-kaca. Hampir saja ia menangis. Bukan karena ia sedih, tetapi karena ia bahagia mendengar apa yang dikatakan oleh Oshima barusan.
            Apakah ini mimpi? Apa yang barusan kudengar? Nyatakah itu? Apakah sekarang Tuhan mendengar doanya? Apakah ini jawaban atas segala harapannya yang ia gantungkan selama ini? Sena terus-terusan bertanya-tanya di dalam hati.
            “Apakah kau bersedia menjadi pendamping hidupku? Sena Misuzuki.” Oshima sekali lagi mengucapkan tawarannya.
            Sena tersenyum bahagia. Ia bahkan meneteskan air mata bahagianya. Lalu memeluk Oshima dengan erat. Ia menangis dalam pelukan laki-laki itu. siapa yang mengira sebelumnya. Akhirnya, ia akan menjadi perempuan seutuhnya. Menikah dan memulai untuk membentuk sebuah keluarga.
            “Ya. Aku bersedia. Aku mencintaimu Oshima.” Sena menjawab dalam suaranya yang serak.
            “Aku juga mencintaimu.” Oshima lalu melepas pelukannya dan memberikan satu kecupan hangat di kening perempuan itu. kebahagian yang dulu selalu diidam-idamkan oleh Sena rupanya telah datang secara perlahan-lahan menghampirinya. Terima kasih, Tuhan.
            Rasi bintang pari malam hari musim panas di Pulau Hateruma, di langit luas membentang di atas pantai Nishi seolah menegaskan bahwa cerita cinta sejati miliknya baru saja akan dimulai.


            Mata Sena kembali berkaca-kaca saat ia menceritakan kembali kenangan itu pada Ryuta. Ryuta menggenggam tangannya dengan erat sekali lagi. Keningnya terangkat. Perempuan itu bahkan juga ikut terharu. Air mata kebahagiaannya mengalir tanpa ia sadari dan tak bisa ia tahan.
            “Akhirnya, kau akan berbahagia. Aku akan melihatmu dalam gaun putih yang cantik sekali Sena. Kau akan menjadi seorang putri yang sebenarnya.” Ryuta lalu mengusap-usap pelan telapak tangan Sena namun masih tetap menitikkan air mata dalam kebahagiaannya.



No comments:

Post a Comment

Leave comments here!