Sena duduk di depan jendela besar sambil menggenggam satu
gelas besar berisi coklat panas. Sedari tadi ia sedang asik berbincang-bincang
dengan Ryuta seperti biasa. Sena terlihat lebih ceria dari sebelumnya. Ia juga
telah banyak berubah. Sena yang dulu pendiam kini banyak mengoceh tentang
banyak hal. Ryuta sangat senang melihat perempuan itu telah banyak berubah.
Menjadi bagian hidup Oshima rupanya membuatnya hidup menjadi orang yang lebih
baik.
“Jadi? Apa kabar baiknya?” Ryuta memperbaiki posisi
duduknya senyaman mungkin dan tidak sabar menunggu kabar baik dari Sena yang
membuatnya penasaran sedari tadi.
“Kau tidak akan percaya ini Ryuta. Aku,” Ia menghela
napas panjang sambil meletakkan gelas tersebut tepat di atas meja. “Aku akan
segera menikah.”
“Apa?” Ryuta menatapnya dengan bola mata yang membesar.
Seulas senyuman merekah di wajahnya. Hatinya sangat senang. Terlebih lagi saat
ia melihat Sena mengatakannya dengan napas yang mengalir bagai desiran air
sungai di musim panas tanpa beban. “Bagaimana bisa? Dia memilihmu? Akhirnya,
laki-laki itu adalah jodohmu, Sena.”
Sena menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Matanya
menerawang jauh ke depan sedangkan jari-jarinya mengetuk-ketuk pinggiran meja
perlahan sesaat ingatannya kembali ke beberapa hari sebelumnya.
Pertemuannya dengan Oshima terbilang hanya memakan waktu
yang tidak begitu lama. Oshima merasa ia sudah sangat cocok dengan Sena dan
sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh Sena. Awal maret yang mempertemukan
kedua hati itu, ketika setiap warna dari bunga mekar di penghujung musim semi.
Layaknya cinta yang juga mekar diantara keduanya. Hampir empat bulan berlalu.
Pertengahan bulan Juli, membawa pesan akan kabar baik untuk Sena.
Masih segar diingatannya, sore itu, ketika Sena menemani
Oshima berjalan-jalan mengunjungi beberapa toko-toko Action Figure di
Akihabara. Oshima bahkan membuat Figure Anime yang mirip dirinya dan Sena yang
dibuat saling berdampingan berdiri satu sama lainnya. Oshima tahu dengan baik
bagaimana membuat perempuan bahagia dengan berbagai hal romantis.
Terlebih lagi, setelahnya, Oshima mengajak Sena berlibur
bersama ke pulau Hateruma yang berada di bagian selatan Jepang. Pulau Hateruma
merupakan kawasan kepulauan Yaeyama, Provinsi Okinawa. Pulau Hateruma terkenal
dengan pantainya yang begitu cantik. Oshima memberinya tiket untuk mengunjungi
pulau Hateruma. Tentunya, Sena tidak bisa menolak karena Oshima memohon
padanya. Mau tidak mau Sena jelas saja harus mengiyakan.
Tepat pada libur akhir pekan, Sena dan Oshima berangkat
menuju bandara Internasional Narita. Mereka akan terbang dengan pesawat terbang
meninggalkan Tokyo menuju Pulau Ishigaki.
Begitu sesampainya di Pulau Ishigaki, mereka lalu menggunakan kapal
Ferry untuk bisa sampai di Pulau Hateruma.
Jujur diakui oleh Sena, ia jatuh cinta kali pertama ia
menginjakkan kaki di Pulau tersebut. Keindahan alam, hembusan angin sepoi-sepoi
dari lautan yang biru membentang luas, suara deburan ombak yang datang
berulang-ulang membuat hati tentram dan damai. Hal itu adalah yang terbaik yang
pernah ia dapatkan selama hidupnya. Terlebih lagi, suara burung laut yang
memecah kesunyian pun membuat alunan hatinya menjadi begitu tenang.
“Kau menyukainya?” Oshima lalu merangkul Sena. Sena
merasakan lengan laki-laki itu membagikan kehangatan padanya.
“Ya.” Sena lalu tersenyum. “Terima kasih. Ini adalah
liburan terbaik yang pernah aku lakukan.”
Di tempat itu, bahkan menyediakan fasilitas bersepeda.
Oshima langsung menyewakan dua sepeda untuknya dan Sena. Keduanya saling
berkejar-kejaran dengan mengendarai sepeda sambil tertawa lepas dengan bahagia.
Di saat keduanya telah lelah, mereka berhenti di bawah sebuah pohon rindang
sambil berbaring beralaskan pasir putih khas pantai Nishi. Sena menatap langit
biru membentang di atasnya tanpa awan berbekas sedikit pun. Langitnya cerah,
dengan matahari bersinar terang. Samar-samar terdengar suara serangga di
kejauhan ditindih oleh suara desiran air laut yang bergerak maju dan mundur.
Bulan Juni adalah bulan terbaik dalam musim panas ketika mengunjungi tempat
itu. Terlebih lagi, aroma bunga kamboja yang banyak di pinggiran pantai sekitar
tempatnya beristirahat juga mengalun di udara dengan lembutnya. Oshima duduk di
sebelah Sena yang masih asik berbaring memandang lurus-lurus ke langit biru.
“Apa kau lelah?” Tanya Oshima sambil menawarkan sebotol
minuman dingin padanya.
“Tidak. Jika aku lelah, aku akan menyesalinya. Seharusnya
aku menikmati berada di tempat ini.” Sena meraih botol minuman dingin tersebut
lalu bangun dari tidurnya dan menyandarkan tubuhnya di bahu Oshima sambil
meneguk minuman dinginnya tanpa hitungan menit.
“Aku senang melihatmu tertawa lepas seperti itu.
Setidaknya, sedikit demi sedikit akan ku wujudkan impianku membuatmu bahagia.”
Sena menoleh pada Oshima. Lama mereka saling memandang satu
sama lain. Lalu keduanya tertawa tanpa sebab. “Perempuan manapun akan merasa
bahagia diperlakukan seperti seorang tuan putri olehmu.”
“Benarkah?”
Sena mengangguk pelan mengiyakan.
“Kalau begitu akan ku buat kau benar-benar menjadi
seorang putri yang sesungguhnya.” Oshima menarik lengan Sena dan membantu
perempuan itu berdiri. Sena membiarkan kardigannya jatuh melayang begitu saja
di atas pasir putih. Sekarang, tatapannya hanya tertuju pada Oshima sepenuhnya.
Laki-laki itu menggenggam tangannya sekarang. Segala hal yang mungkin dulu
terasa canggung olehnya mendadak sirna begitu saja terbang entah kemana.
“Sena…..” Oshima mulai berbicara walau suaranya terdengar
sedikit bergetar. “Maukah kau jadi istriku?”
Mata Sena melebar. Ia menggigit bibirnya yang tiba-tiba
bergetar. Matanya berkaca-kaca. Hampir saja ia menangis. Bukan karena ia sedih,
tetapi karena ia bahagia mendengar apa yang dikatakan oleh Oshima barusan.
Apakah ini mimpi? Apa yang barusan kudengar? Nyatakah
itu? Apakah sekarang Tuhan mendengar doanya? Apakah ini jawaban atas segala
harapannya yang ia gantungkan selama ini? Sena terus-terusan bertanya-tanya
di dalam hati.
“Apakah kau bersedia menjadi pendamping hidupku? Sena
Misuzuki.” Oshima sekali lagi mengucapkan tawarannya.
Sena tersenyum bahagia. Ia bahkan meneteskan air mata
bahagianya. Lalu memeluk Oshima dengan erat. Ia menangis dalam pelukan
laki-laki itu. siapa yang mengira sebelumnya. Akhirnya, ia akan menjadi
perempuan seutuhnya. Menikah dan memulai untuk membentuk sebuah keluarga.
“Ya. Aku bersedia. Aku mencintaimu Oshima.” Sena menjawab
dalam suaranya yang serak.
“Aku juga mencintaimu.” Oshima lalu melepas pelukannya
dan memberikan satu kecupan hangat di kening perempuan itu. kebahagian yang
dulu selalu diidam-idamkan oleh Sena rupanya telah datang secara perlahan-lahan
menghampirinya. Terima kasih, Tuhan.
Rasi bintang pari malam hari musim panas di Pulau
Hateruma, di langit luas membentang di atas pantai Nishi seolah menegaskan
bahwa cerita cinta sejati miliknya baru saja akan dimulai.
Mata Sena kembali berkaca-kaca saat ia menceritakan
kembali kenangan itu pada Ryuta. Ryuta menggenggam tangannya dengan erat sekali
lagi. Keningnya terangkat. Perempuan itu bahkan juga ikut terharu. Air mata
kebahagiaannya mengalir tanpa ia sadari dan tak bisa ia tahan.
“Akhirnya, kau akan berbahagia. Aku akan melihatmu dalam
gaun putih yang cantik sekali Sena. Kau akan menjadi seorang putri yang
sebenarnya.” Ryuta lalu mengusap-usap pelan telapak tangan Sena namun masih
tetap menitikkan air mata dalam kebahagiaannya.
No comments:
Post a Comment
Leave comments here!