
“Entah mengapa, setiap melihat jembatan nya aku langsung teringat padamu. Tentang hari itu, saat benar mungkin waktu telah menuntunku datang padamu.”
Warnanya
kuning. Lengkungan nya membuatnya penuh estetika jika dipandang. Sekarang
bahkan telah menjadi salah satu icon
penting dari kota kecil ini. Hari ini, dibawah indahnya matahari sunset yang terlihat jauh di ufuk barat.
Angin yang berhembus , mengikuti arah angin laut yang berhembus ke darat
membuat ku terdiam dan merasakan hembusannya.
Sejenak
aku memejamkan mata. Ya , aku mengagumi pemandangan nya dari atas sini. Begitu
indah , seindah bagaimana tempat ini mengkisahkan bagaimana kita bisa seperti
hari ini.
Tak butuh tempat yang penuh dengan sejarah cinta bagai kota paris untuk memulai sebuah kisah yang terbilang romantis. Juga tak butuh banyak bunga untuk memperlihatkan seolah kamu adalah laki-laki yang benar bisa dengan sempurna meluluhkan hati seorang wanita.
Jika ,
gadis yang dipilih oleh hatimu itu adalah aku, maka tidaklah salah. Aku tidak
bisa berjanji untuk menjadi istri yang sempurna untukmu tetapi aku akan mencoba
menepati janji, bila janji itu adalah aku
akan terus bersamamu disaat apa pun. Walau senang berkumandang , walau
kesulitan menderu dan walau kesedihan datang menyelimuti ragamu. Aku akan tetap
berada disebelahmu, berdiri bersama denganmu.
Hari
itu, aku tahu mungkin aku tersesat. Tidak juga. Tetapi aku benar sedang
membutuhkan bantuan. Aku tidak begitu menguasai letak jalan , karna jujur saja
ini kali pertama aku menyusuri kota tanpa ditemani oleh siapa pun. Aku ingat
pesan bunda , “Berjalan lah ketempat yang menurutmu ditempat itulah seseorang
akan datang menemukanmu.”
Aku tak
pernah menyangka. Kalau akan seperti ini akhirnya. Dirimu , kamu , yang datang
menemukanku disaat aku hilang. Tepatnya , kita berdua hilang. Kamu orang baru
yang sedang berjalan sendirian menyusuri jalan-jalan ramai dengan orang-orang
dan kendaraan yang melaju menyusuri jembatan ini.
Kita
dipisahkan oleh dua tiang yang menurutku mungkin itulah yang membuatku ingin
tahu, bagaimana kamu bisa sampai disini.
“Sedang
apa?” Laki-laki jangkung itu menoleh kearahku dan bertanya dengan nada suara
yang agak tinggi. Angin jelas menghambur
gelombang suaranya sehingga aku tidak begitu jelas mendengar apa yang
diucapkannya barusan.
“Apa?”
“Kamu
sedang apa disini?”
“Aku?”
“Iya
kamu.” Dia menunjuk kearahku.
“Entahlah.
Menghitung berapa banyak ombak yang berlalu. Kamu? Sedang apa disini?” Aku
balik bertanya.
“Menghitung
berapa banyak angin yang berhembus masuk menerpa tubuhku.”
Aku
hanya tertawa. Dia jelas mengikutiku. Bukan itulah jawaban yang seharusnya kami
, satu sama lain harapkan. Laki-laki itu berjalan kearahku. Sekarang kami
berdiri bersampingan , hanya berjarak sekitar 8 langkah dariku.
“Aku
menyukai pemandangan nya.” Katanya tiba-tiba membuyarkanku dari lamunanku.
“Laut?”
“Iya,
bukankah laut dan langit nya serasi?”
“Maksudmu?”
“Birunya
, memiliki gelombang yang sama.”
Aku
hanya mendengarkan nya. Memejamkan mataku sejenak dan merasakan angin yang
berhembus dengan suara deru ombak nya yang seirama. Benar-benar menentramkan
hati dan benar saja , birunya memiliki gelombang yang sama. Aku mulai mengerti.
“Aku
Nathan.” Laki-laki itu mengulurkan tangannya padaku.
“AH!
Bunda berpesan padaku untuk tidak berbicara banyak dengan orang asing yang tak
dikenal.” Aku kembali menatap kosong ke perbatasan antara laut dan langit.
“Apa?
Ayolah. Kita sudah bukan anak kelas 4 SD lagi. Aku bahkan mengajakmu
berkenalan, supaya aku tidak menjadi orang asing.”
Aku
menoleh padanya. Menatap matanya sesaat. Dia ada benarnya. Aku menyambut uluran
tangan itu, akhirnya.
“Prilly.”
Seperti
itulah kami berkenalan. Seperti itulah kami bertemu. Tentang tempat ini , tentang jembatan ini,
tentu saja tempat ini menyimpan kisah tentangmu. Tentang bagaimana sosokmu yang
mengagumi laut dan langitnya. Tentang pesanmu kepadaku agar dapat menemukan
dimana batas antara langit dan lautnya. Sampai hari ini pun , kita berdua belum
menemukan jawabannya.
Katamu , “Jika benar mata tak sanggup melihat dimanakah batas antara laut dan langit bukankah itu sama hal nya dengan tiada alasan atau bukti yang dapat diperlihatkan bagaimana perasaan dan hati memiliki batas rasa sayang dan cinta kepada seseorang?”
Aku
awalnya tak mengerti sampai akhirnya aku sadar akan maksudmu. Ini kisah tentang
percintaan. First sight always the
popular in history of love. Aku salah satunya yang mengalami ini.
Aku
mencintai sosok itu. Sosok yang membuatku jatuh cinta pada langit dan laut. Yang
membuatku begitu tergila-gila dengan warna biru. Sosok yang membuatku mencintai
tempat ini. Jembatan yang melukiskan kisah kita berdua. Jembatan yang menyimpan
gembok cinta kita berdua. Yang kunci nya tak akan bisa kau temukan dimana pun.
Sehingga , tak akan ada orang yang dapat membuka nya dan memisahkan hati yang
telah tertaut ini. Biarlah kisah ini tersimpan aman , seperti kunci gembok
cinta kita yang telah kita simpan jauh diperbatasan langit dan laut yang tak
akan ada seorang pun yang bisa menemukannya.
Aku
bahagia. Dia pun pasti bahagia. Keluargaku akhirnya terkumpul bersama. Aku ,
Nathan , langit dan laut. Kami hidup bersama dalam kebahagiaan. Bahagia dalam
satu keluarga.
Setiap
tempat tentu punya cerita. Jika tempat ini melukiskan kisah cinta yang penuh
sejarah. Tentu kamu pun punya tempat itu. Tempat yang tidak akan membuatmu
melupakan seseorang yang sangat berarti dalam hidupmu.
Tertanda,
Prilly Raisha
No comments:
Post a Comment
Leave comments here!