"hey mau makan siang denganku." kataku sambil melepas sepatu. Waktu sejam rasanya berlalu sangat cepat saat aku telah mengenal laki-laki ini.
"boleh, kenapa tidak. Aku juga mau beristirahat sebentar. Tunggu ya."
Aku hanya mengangguk. Aku melihatnya berjalan ke tempat teman-temannya. Sesekali mereka tertawa. Ardy mengambil jaket Nya kemudian berjalan kearahku. Aku hanya mencoba tersenyum padanya.
"ayo."
Kami berjalan keluar dari lapangan dan menuruni tangga eskalator.
"kamu mau makan dimana?" Ardy tiba-tiba bertanya.
"eh? Terserah , dimana saja. Aku belum terlalu mengenal tempat ini. Aku orang baru disini."
"oh ya, aku lupa. Kita makan di soleria saja. Itu tempat makan faforitku."
Setelah sampai dilantai dasar, tepat disebelah eskalator. Kami akhirnya sampai di tempat makan bernama soleria itu. Aku sedikit takjub melihat desain Classic dari tempatnya.
Great architecture, pikir ku.
"duduk lah." Ardy menarikkan kursi untukku.
"terima kasih." tentu saja aku melihat kalau dia adalah laki-laki yang sopan. Terlihat jelas dari kelakuannya.
"kamu mau makan apa?"
"mm, aku nasi goreng saja."
"minumnya?"
"air mineral saja."
Ardy memanggil pelayan dan mulai memberitahukan menu yang akan kami pesan. Dia memesan satu porsi mi pangsit. Apakah itu makanan faforitnya? Entah mengapa aku ingin tahu.
"totalnya 76 ribu mas." sang pelayan memberikan bill Nya kepada Ardy.
"hey , biar aku yg mem...." belum sempat aku menyelesaikan perkataan ku , Ardy mencegat ku. Aku memandangnya. Dia mendorong uang yang ingin ku berikan pada pelayan.
"tidak seharusnya seorang gadis yang membayar untuk hal semacam ini."
"eh." aku hanya diam melongo. Ardy tersenyum melihat raut wajahku.
Kami bercerita tentang banyak hal. Aku agak malu dan dia juga ga banyak bertanya untuk hal-hal yang dianggap tidak penting.
Ardy. Laki-laki itu memiliki wajah Yang lumayan sedap untuk dipandang. Kulitnya putih walau Tak seputih orang China. Dia tidak cipit, matanya agak sedikit besar. Hanya saja caranya memandang orang membuatnya terlihat memandang orang itu tajam. Dia lebih tinggi dariku , tepatnya aku setinggi bahunya. Dia adalah salah satu anggota coach di lapangan arena bermain ice skating. Dia orang yg agak sedikit cuek tapi dia baik.
"aku sudah harus pergi sekarang." katanya sambil terus melirik ke jam tangannya.
"oh ya. Kamu pasti sibuk."
"haha tidak hanya saja aku harus profesional. Kita berpisah disini. Senang bisa mengenal mu. Kapan-kapan kita bertemu lagi ya. Aku pergi." Ardy berlalu meninggalkan aku yang terdiam sambil melambaikan tangan kepadanya hingga akhirnya sosoknya hilang diantara kerumunan orang.
"ya, sampai bertemu lagi nanti." aku memutar badanku dan pergi menuju pintu keluar Mall. Sampai akhirnya, langkahku terhenti. Seseorang menarik lenganku hingga aku spontan berbalik.
"eh , siapa?" aku kaget. Ardy. Dia kembali. Tapi , mengapa?
"maaf, aku kembali. Aku lupa minta nomor telepon mu." Ardy menyodorkan telepon genggam Nya padaku.
Aku memandangnya sesaat sampai akhirnya aku tersadar dan akhirnya memberikan Nya nomor telepon ku. Ini adalah hal aneh, bagaimana mungkin dia kembali hanya untuk meminta nomor ku seperti ini. Padahal bisa saja, jika waktu memang mengizinkan kita juga akan bertemu lagi. Selama dia tidak pergi dari arena bermain itu tentunya.
"makasih. Aku akan menghubungimu nanti. Sekarang pergilah, kamu akan pulangkan?"
"em.." aku hanya mengangguk. Aku tersenyum padanya. Dia balas tersenyum padaku. Aku melambaikan tangan sampai akhirnya aku berjalan meninggalkannya. Sesekali aku menoleh ke belakang untuk melihatnya. Laki-laki itu masih ditempatnya berdiri memandangku sambil sesekali tersenyum. Hingga aku menghilang diantara orang-orang barulah dia pergi meninggalkan tempat itu.
*******
PING!
HP ku Berdering. Satu pesan baru.
Dari : Tara
Hey, nin. Kamu dimana? Aku ada kabar baik untukmu. Aku ada dimakassaar sekarang , dapatkah kita bertemu nanti?
Itu SMS dari Tara. Tara adalah salah satu teman dekat ku. Kami sudah berteman sejak dibangku SD. Ibuku dan ibunya saling mengenal baik satu sama lain.
Benarkah? Aku senang mendengarnya. Boleh saja, SMS saja dimana kita akan bertemu besok. Can't wait.
Begitu aku membalas SMS darinya. Sudah pukul 9 malam , ini sudah waktunya aku untuk beristirahat.
Aku berbaring. Mencoba untuk memejamkan mata namun tidak bisa. Terlalu banyak yang aku pikirkan entah itu apa.
Hey, apakah dia tidak menghubungi ku? , aku bertanya dalam hati. Tentu saja aku masih mengharapkan Nya. Bodoh sekali padahal dia pasti tidak mempunyai pemikiran seperti ku.
Tunggu sebentar. Aku ingat sekarang , aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tentu saja itu di bandara. Dia laki-laki asing yang ikut menumpang satu taksi denganku. Benarkah? Kenapa aku tidak menyadarinya? Aku menggigit jari ku. Dia bahkan tidak ingat padaku. Ah , benar-benar dunia ini memang sempit. Aku dipertemukan lagi dengannya.
*********
It's tuesday 2nd day.
"Good morning. Selamat pagi hari selasa." aku bangkit dari tempat tidur ku. Berjalan mendekati jendela dan membuka tirai yang menutupinya. Cahaya-cahaya matahari masuk melalui celah-celah ventilasi dan jendela membuat mataku menjadi susah melihat karena silau.
Hari ini rumah agak sepi. Paman Derry dan tante sonia pergi ke Jakarta untuk suatu keperluan. Sementara Arya sibuk dengan kuliahnya di kampus. Aku hanya berdua dengan Raisha dirumah, dan sepertinya dia juga akan pergi ke sekolah.
Tanpa berpikir panjang aku langsung keluar kamar dan pergi menuju dapur.
"waktunya membuat sarapan lady."
Tentu saja , ini adalah salah satu keahlian ku. Aku gemar memasak. Aku suka mempelajarinya dari TV bahkan buku cara-cara memasak.
No comments:
Post a Comment
Leave comments here!