"Kata orang , seorang Gadis Akan bertemu dengan jodohnya , yang katanya jodohnya itu adalah seseorang yang punggungnya menyerupai punggung ayahnya."
Seperti angin , dia datang tiba-tiba. Tak menyentuh dan Tak menyapa. Hanya berlalu melewati ku dan memberi kesan. Seperti itukah aku menganggapnya?
Rasanya ini akan menjadi hari yang benar-benar penuh perjuangan kedepannya. Bagaimana tidak, seminggu lagi aku akan mengikuti tes seleksi masuk perguruan tinggi yang terbilang bukan lah hal yg mudah yg bisa dilakukan hanya dengan sebelah mata. Aku bahkan rela mengunjungi pamanku , dan aku memutuskan untuk mengikuti tes seleksi di kota tersebut.
Pesawat lion air akhirnya mendarat dengan selamat. Aku tiba di bandara internasional Sultan Hasanuddin. Ini adalah kali pertama aku bepergian seorang diri tanpa ada yg menemani. Seperti kata ibuku, mulai sekarang aku harus belajar mandiri, aku Tak bisa bermanja-manja lagi.
Setelah mengambil kopor ku di tempat pengambilan bagasi aku mulai berjalan keluar dari bandara untuk mencari taksi. Aku berdiri di pojokkan tiang penyangga bangunan kokoh itu sambil sesekali menengok ke ujung jalan berharap ada taksi meluncur dari arah sana. Sampai akhirnya , penantian ku pun berakhir.
"taksi." aku mengangkat tangan kananku sambil melambai-lambai. Mobil baleno itu berhenti tepat didepan ku. Supirnya keluar dari mobil dan mengangkat kopor ku dan memasukkan Nya di bagasi mobil. Saat aku membuka pintu disebelah kiri, seseorang membuka pintu dari arah yang berlawanan dan masuk terlebih dahulu kedalam mobil. Aku menatapnya dengan alis berkerut.
"hey, kamu siapa? Aku lebih dulu memanggil taksi ini." kataku tiba-Tiba hingga membuatnya menoleh kearahku. Sesaat lelaki itu terdiam dan kemudian dia menarik lenganku hingga aku terduduk didalam taksi.
"tenang lah, aku hanya menumpang sampai didepan jalan tol."
"bukan kah memberi tumpangan kepada orang asing itu berbahaya?" kataku dengan nada nyolot.
"apa? Hey tenang lah. Aku bahkan Tak Kan mengganggu mu , aku janji. Duduk lah yang manis dan diam."
Aku hanya menatap sinis ke arahnya. Lelaki aneh yang seenaknya memerintah aku dan malah seenaknya mengganggu privasi orang.
Mobil mulai melaju hingga keluar dari bandara. Sampai akhirnya benar kami melewati tol, lelaki itu menyetop taksi dan bergegas turun. Tanpa sepatah kata pun dia meninggalkanku. Dan akhirnya mobil kembali berjalan dengan lokasi yang akan kutujui.
"hey orang itu numpang seenaknya." aku berbisik kesal.
Butuh waktu sekitar 25 menit sampai akhirnya aku tiba di perumahan tempat pamanku tinggal. Rumah yang cukup terbilang bagus. Desain minimalis dan itu adalah salah satu favorit ku.
"berapa Pak?" tanya ku pada supir taksi saat akan turun dari mobil.
"ga usah neng, udah dibayar sama mas yang tadi."
"ha? Yg tadi? Cowok itu?"
"iya neng." Pak supir itu mengangkat kopor ku ke pinggir jalan dan kembali masuk kedalam mobil hingga akhirnya pergi sambil membunyikan klakson padaku.
"makasih Pak."
Sampai saat itu aku masih penasaran dengan siapa lelaki itu. Padahal dia baru saja bertemu denganku. Bahkan kenal saja tidak. Apakah wajar dia langsung berbaik hati membayarkan seseorang yang bahkan tidak diketahui statusnya apakah dia orang baik atau bahkan bukan orang baik. Tetap saja itu menjadi misteri untukku. Suatu saat aku akan mencari tahu siapa dia sebenarnya. Rasanya aku berhutang padanya.
********
"jadi bagaimana ? Fakultas apa saja yang akan kamu ambil nanti ?" pamanku mulai bertanya padaku.
"saya akan ambil fakultas teknik sepertinya."
"arsitektur? Atau sipil?" Arya , anak laki-laki dari paman Derry juga ikut menanyai ku tentang rencana masa Depan.
"arsitektur mungkin."
"apakah kamu tidak berminat mengambil bidang kesehatan nina?" tante Sonia menatapku serius.
"em, mungkin saya juga akan mengambil pendidikan dokter gigi." aku mencoba meyakinkan diri ku sendiri saat memberi jawaban itu. Iya, aku ingin menjadi seorang dokter. Tepatnya, semua anak punya cita-cita menjadi dokter. Dari mereka masih kecil mereka sudah merencanakan untuk menjadi dokter kelak. Aku pun salah satunya, aku masih ingat betul saat ditanya ayah "nina kalau besar mau jadi apa?" , dan aku dengan bangganya menjawab "nina pengen jadi dokter ayah."
"ide yang bagus. Belajarlah yang giat , optimis lah kamu bisa mengerjakan soalnya dengan hasil yang memuaskan." paman Derry tersenyum padaku.
"ayo sayang, kamu kalau mau tambah ambil saja." tante Sonia menyodorkan makanan kepadaku.
"terima kasih tante."
Paman Derry adalah adik ayahku. Dia punya seorang anak laki-laki bernama Arya yang sekarang sudah kuliah semester 3 di salah satu universitas ternama di Makassar. Tentu saja jika aku bisa masuk di universitas tersebut aku akan menjadi adik kelasnya. Arya juga mempunyai seorang adik perempuan , namanya Raisha. Gadis itu duduk dibangku kelas 2 SMA.
"nanti habis makan kamu istirahat saja dulu ya." tante Sonia mulai mengangkat piring bekas makan malam.
"ah iya tante." aku membantu Nya mengangkat ke wastafel.
"nanti Raisha tidur sama Kaka aja." aku menggoda Nya. Dia hanya tersenyum malu-malu dan bersembunyi dibelakang kakaknya, Arya.
Selama beberapa hari , aku akan menjadi bagian dari keluarga ini. Welcome To new line of life. Ini akan menjadi perjuangan dan perjalanan hidup yang berkesan, menurutku.
*******
It's monday the 1st day.
Hari ini aku akan jalan-jalan. Arya meminjamkan mobilnya untukku karena hari ini dia tidak ada mata kuliah. Sungguh surga dunia, Senin adalah hari yang menyibukkan sesungguhnya tapi tidak untuk laki-laki itu. Dia santai banget untuk urusan masa Depan. Tapi tetap aja ga neko-neko. Prinsip yang bagus untuk seorang pribadi yang bagus pula.
Setelah berpamitan aku pun bergegas meluncur meninggalkan perumahan permata hijau permai itu. Aku tidak bagitu hafal jalan-jalan disini , tapi setidaknya aku sedikit tahu walau Tak banyak.
Tempat yang akan aku datangi pertama adalah toko buku Gramedia. Menurut yg aku baca di Twitter hari ini adalah jadwal terbitnya komik kesukaan ku. Apalagi kalau bukan serial detektif Conan yang Tak pernah ku lewatkan satu seri pun sampai saat ini. Aku sangat menggemari komik-komik manga karya Jepang. Jangan salah , aku bahkan pintar dalam hal menggambar tokoh kartun anime.
Oh iya, kita bahkan belum berkenalan bukan?
Aku adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Aku memiliki seorang adik laki-laki dan seorang adik perempuan. Annisa dan Riski namanya. Umur ku tepat 17 tahun sejak tanggal 11 maret beberapa bulan yang lalu. Aku adalah remaja dengan sifat yang masih kekanak-kanakkan. Aku Agak kurus dan lumayan untuk ukuran tinggi yang tidak pendek-pendek amat. Setidaknya aku masih sedap dipandang, tidak pendek dan gendut. Rambutku hitam , lebat , bergelombang dengan panjang melewati bahu ku namun Tak sampai pinggang. Aku benci mengikat rambutku , lebih terlihat bagus jika aku mengurainya. Aku penggemar model rambut emo. Aku menyukai band-band rock, dan sangat mengidolakan hayley Williams. Aku suka sekali ice cream, apalagi sundae, itu faforitku. Aku takut ketinggian , gelap , suara Guntur saat hujan dan aku juga takut dengan makhluk kecil menyerupai alien, tentu saja itu kecoak. Aku Tak begitu suka fashion, namun aku Tak ketinggalan mode. Gaya ku tetap feminim walau ada sedikit kesan rocker melekat di dalamnya. Aku tergila-gila akan buku-buku berbau fiksi , ilmu pengetahuan umum dan komik tentunya. Aku sangat senang menonton film, itu membuat imajinasi ku lebih berkembang. Dan namaku adalah Nina shania Andriani. Akrab di sapa nina.
*******
"yah, dan disini lah aku sekarang." aku melangkahkan kaki ke memasuki Mall panakukkang , tempat ini tidak pernah sepi. Selalu ramai entah orang dari mana aja yang datang. Dan tentunya tidak membosankan menurut mereka untuk selalu datang ke pusat perbelanjaan itu.
Aku melihat-lihat mulai dari penjual sepatu. Beberapa butik-butik ternama seperti gaudi, missisipi, logo, planet surf dan banyak lagi. Tentu saja, orang-orang disini tidak pernah ketinggalan soal Style mereka selalu up To date.
Lantai 3 itu tempat tujuanku. Gramedia tepat didepan lapangan Ice skating. Begitu lah menurutku, sejak kapan arena bermain ini dibangun. Sepertinya seru. Aku melewatinya secara perlahan sambil sesekali mampir dan melihat mereka yang meluncur indah diatas dingin dan licin Nya lapangan.
"This is awesome." aku berdecak kagum.
Aku melanjutkan perjalananku ke toko buku yang memang menjadi tujuan utama ku. Aku mulai mencium aroma buku-buku baru yang wangi tinta tulisan dan jilidan kertasnya masih tercium tajam. Ada banyak buku disana sini. Entah mengapa, aku menyukainya. Kisah fiksi remaja best seller masih dipegang oleh kak Raditya dika, kisah inspiratif juga masih dijuarai kak alanda sebagai pelopor inspirative youth. Kisah romance karya kak illana tan juga masih tersusun rapi disana. Sebagian besar aku sudah miliki.
"ini dia, Detective Conan seri 67." aku mengambil Nya dengan wajah senang. Ini adalah salah satu kebahagiaan ku. Setelah membayar dikasir, aku meninggalkan toko buku dan singgah di lapangan ice skating.
Tidakkah kamu berpikir kalau kamu ingin mencobanya nina? , tanyaku pada diriku sendiri.
"mau masuk mba?" salah seorang penjaga lapangan bertanya kepadaku.
"berapa?"
"30 ribu per-jam. Berminat?"
"boleh. Kesempatan untuk mencoba." aku membayar tiket masuk. Penjaga lapangan memberiku kunci loker untuk menyimpan tasku. Aku mulai berjalan masuk memasuki lapangan dengan hembusan dingin es yang terasa menusuk hingga kedalam sepatu yang kukenakan.
"wow, ini tidak mudah." aku berpegangan pada pinggiran lapangan.
"apakah aku terlihat seperti orang bodoh sekarang? Mungkin seperti seekor anjing laut yang belajar berjalan dan beradaptasi pada lingkungannya."
"hey ayo lah, berjalanlah ketengah lapangan. Yakinkan dirimu kalau kau pasti bisa." seorang anak laki-laki meluncur memutariku. Sepertinya aku mengenalnya entah pernah melihatnya dimana. Aku mulai berpikir, mencoba membuka memori ingatanku.
"apakah kita pernah bertemu?" aku mulai memberanikan diriku bertanya padanya.
"hah? Entahlah, aku baru melihatmu jadi participant disini. Seperti kamu baru deh masuk kesini."
"tidak, apakah kita tidak pernah bertemu ditempat lain. Rasanya aku mengenal wajahmu, familiar."
"perlu ku bantu untuk memegangi mu?" lelaki itu menawarkan saat dia melihat aku hampir tergelincir karena memaksakan melangkah.
"eh .."
"jangan sungkan." laki-laki itu memegang tanganku menahan berat tubuhku hingga aku berdiri tepat normal.
"wow , ini hebat."
"meluncurlah perlahan, suatu saat juga kamu bakalan bisa melakukan yang terbaik kok."
"hahaha.." aku tertawa melihat lelaki itu mencoba tersenyum padaku.
"siapa namamu?"
"Nina, kamu cukup memanggil ku nina. Siapa namamu?"
"aku Ardy. Nina nama yang bagus, senang bertemu denganmu. Sering-seringlah datang ke tempat ini."
"kenapa tidak? Aku bahkan punya teman disini, hahaha ..." aku tertawa bercanda.
"sepertinya kamu bukan orang sini, pendatang kah?"
"yah, aku memang bukan dari sini."
"pantas." Ardy tersenyum.
Senyum itu. Senyum datar yang menyentuh hati dan mengetuk benak ku. Entah, aku Tak tahu. Apakah hanya rasa karena pertama kali Nya aku punya teman ditempat asing , atau malah pertanda lain. Jantungku bahkan berdetak hingga napas ku Tak bisa mengikuti irama detak Nya. Apakah akan ada kisah setelah ini? Aku berjalan sendiri dan menemukan dirinya. Ah bukan, apakah dia yang menemukanku? Entahlah. Pandanganku kosong saat menatapnya. Di satu sisi ruang batin, ada rasa yang menguras lembaran waktu. Namamu bahkan teriang bagai lagu faforitku yg selalu ku rewind setiap saat.
"kau , apakah kamu membuka pintu hatiku dan menggetarkan melodi cinta saat pandangan pertama." batin ku.
*******
No comments:
Post a Comment
Leave comments here!