Tidak terasa kita kembali lagi ke bulan suci penuh barokah ini. Kali ini saya ingin menyempatkan diri untuk menulis sepenggal kisah yang semoga akan memberikan masukan dari para pembaca yang menikmati.
Saya menulis ini bukan untuk menghasut, Tetapi untuk menjelaskan bagaimana pandangan saya selaku orang awam yang sedang mencari Islam lebih dari sekedar memeluk agama atau pun status KTP doang.
Rindu. Banyak yang kita rindukan di bulan ini.
Mulai dari bagaimana lantunan ayat-ayat suci semakin sering terdengar. Lantunan ayat-ayat berkumandang dari masjid. Bekerja dalam keadaan puasa yang membuat kita tidak mudah menyerah. Terlebih, sebagai tujuan utama puasa adalah agar kita mengerti bagaimana rasanya mereka-mereka yang menahan lapar dan haus di luar sana.
Aku rindu lantunan ayat suci ketika buka puasa menjelang. Sesuatu yang membuatku nyaman jikalau memejam. Tentang kebersamaan dalam kehangatan keluarga yang terpenuhi berbeda dari waktu-waktu yang biasa.
Mereka bilang, manusia-manusia yang merindukan bulan Ramadhan adalah mereka-mereka yang dirindukan surga. Benarkah?
Pelajaran di malam pertama terawih menjelang puasa esok hari. Apakah ibadah di bulan Ramadhan itu sebenarnya?
Sebagai perempuan, kita dikaruniai masa-masa menstruasi. Ada kisah, ketika bagaimana saudara perempuan saya yang menangis malam ini karena mendengar azan dan masih bekerja padahal ingin melaksanakan sholat terawih.
Sesaat saya tertegun. Tuhan menganugerahkan masa itu kepada kami kaum wanita. Mungkin pikirnya tinggal bercak-bercak akhir. Tapi, tidakkah kita berpikir bahwa itu sama saja kita Elim bersih?
Lantas memaksa untuk sholat, yang kita tahu hukumnya hanya Sunnah. Dan mana tahu diperjalanan rakaat sholat bisa jadi Keluar lagi dan mana kita tahu, lantas haruskah sholat disahkan?
Islam membuat saya sering bertanya-tanya. Entah apa yang membuat dia begitu memaksakan diri menurut saya. Mungkin kalian tertegun karena dia bela-bela sholat. Tetapi saya justru merasa berbeda. Disamping hal itu, saya merasa mungkinkah, kita beribadah hanya karena kita takut? Takut kepada Allah, neraka atau karena ingin surga?
Bukankah kita beribadah karena Allah SWT. Dan menginginkan surganya?
Saya ingat bagaimana agama diajarkan di dalam keluarga saya. Ketika membaca Alquran dikatakan tiada berguna? Malah lebih baik dihapal yang dimana untuk usia anak-anak jamanku dulu itu adalah hal yang sedikit menyulitkan. Tiap kali aku membaca Alquran pasti akan disuruh berhenti dan dikatakan lebih baik dihapalkan. Seketika saat itu saat merasa Islam itu adalah agama yang sulit.
Saya sampai harus sembunyi-sembunyi untuk membaca Alquran saat itu. Terlepas dari saya menikah, saya pun merasa bebas untuk menyerukan lantunan ayat Alquran tanpa harus disela oleh ayah saya.
Saya belajar dari apa yang terjadi dalam hidup saya untuk tidak saya lakukan sama kepada anak-anak saya. Seperti bagaimana ayah saya menuntut agama hanya sesuai pemikirannya dan malah membuat kami anak-anaknya menjadi malas untuk menuntut agama karena merasa dipersusahkan.
Kembali ke persoalan adik saya, mungkin dia sholat tapi kelakuannya seperti orang yang tidak sholat. Terlebih kepada sosok ibu, dia selalu berkata kasar dan memperlakukan ibu seperti seorang budak. Dia tidak pernah membantu ibu ketika ibu meminta bantuan dan sering mengatakan banyak hal yang menyakiti hatinya. Seperti; bikin susah saja. Atau bikin repot sekali saja jadi orang tua.
Terpikir, sedangkan kini ibuku masih sehat dia bisa berkata demikian apalagi ketika ibu sudah lemah tak berdaya dan sakit-sakitan.
Aku mungkin tidak sholat dalam waktu yang penuh. Bukan karena aku tidak ingin. Sudah lama aku merindukan sujudku. Namun banyak hal yang membuat aku terus bertanya-tanya; apakah Tuhan ada? Apakah Ia di sisiku?
Ketika aku ingin beribadah dan selalu orang-orang jahat yang datang menghalau. Mungkin mereka ujian iblis, namun mengapa harus begitu menghancurkan hingga menghilangkan kesempatan aku untuk beribadah?
Berkaca dari olga, bukanlah agama yang sempurna Tetapi bagaimana kah mau bergerak, bersujud, beribadah dan berbuat baik. Karena semuanya bergerak pelan-pelan.
Almarhum walau dia terlihat kacau dalam ucapan namun berhati baik ke sesama. Ia sholat, beribadah walau tak sesempurna kiayi.
Maka jikalau benar apabila orang meninggal di hari Jumat pertanda baik, bukankah kita bisa belajar dari beliau, bahwa islam tidak pernah memberatkan dalam bentuk apa pun.
Banyak orang yang beribadah sepanjang waktu namun sifatnya tidak menjamin baik. Ada orang yang sholat terus menerus sepanjang waktu, namun melakukan pelecehan seksual. Sedangkan, ada seorang pelacur yang bekerja menjadi wanita penghibur demi menyambung hidup Tetapi tetap beribadah, dan melakukan perbuatan baik. Dia meninggal mulia ketika didatangi malaikat pencabut nyawa usai memberi makan anjing yang kelaparan.
Banyak yang gila agama, belum dijamin surga. Dan banyak orang yang melakukan atau dihadapkan dengan perbuatan jelek katanya tak pantas merasakan surga.
Nyatanya, Tuhan selalu membuka rumahnya untuk mereka-mereka yang mau memperbaiki diri dan selalu hidup baik semasa hidupnya di dunia.
Semoga Ramadhan selalu menjadi waktu kita untuk benar-benar merenung dan memperbaiki diri kita dari kesalahan yang sudah-sudah.
Tiga tahun berlalu, sejak kejadian itu. Saya masih tetap menjadi orang yang tidak disukai ayah. Seolah-olah dia lebih suci dari Tuhan. Saya mengerti bagaimana rasanya seorang ayah kehilangan anak perempuannya, Tetapi saya tidak akan mengerti ketika Ia tak mau memaafkan sedangkan Tuhan saja selalu memberi maaf. Dan tak mau memberikan kesempatan kepada saya sedangkan Tuhan, selalu memberikan waktu untuk memperbaiki diri.
Terkadang, agama membuat saya hidup tidak adil di mata ayah. Entah agama apa yang Ia anut. Begitu keras dan menyengsarakan. Padahal, saya ingin sekali merasakan Islam yang damai dan yang memicu saya untuk selalu bersujud karena rindu pada Allah SWT.
Marhaban ya Ramadhan.
Semoga bulan ini menjadi bulan yang penuh berkah dan mendapatkan jamahan rejeki dari malaikat-malaikatnya. Amin.
Sebagai wanita, saya sedih ketika 30 hari puasa tak bisa saya penuhi hanya karena anugerah menstruasi. Apalagi ketika ucapan orang-orang yang bilang katanya, percuma puasa 30 hari dan tak sholat Idul fitri karena mens. Bukankah itu tidak adil? Lalu apa gunanya puasa itu bila tak ada gunanya.
Sekiranya, saya pun masih berkelana. Saya rindu akan Allah SWT. DIA yang selalu ada di kala saya susah dan selalu hanya bisa saya jadikan tempat saya mengeluh. Saya masih sadar. Saya bisa hidup layak sampai hari ini karena dia benar ada dan berada di sisi saya. Sekali pun kadang saya sering ragu. Tetapi dia selalu memberikan bukti Ia ada lewat banyak hal kecil yang terjadi pelan-pelan di sekitar saya.
Sebesar apa pun dosa yang kita lakukan kita selalu punya rumah untuk kembali. Allah akan selalu memberikan kesempatan untuk kita memperbaiki diri. Islam adalah agama yang indah dan bukan agama yang memberatkan. Islam adalah agama yang membuat rindu menggerogoti hati bila waktu lama bergulir kembali ke bulan ini.
Semoga kita beribadah karena rindu padanya. Bukan karena kita takut akan neraka, mati, atau hanya karena ingin dibilang Tetapi karena kewajiban dan karena kita tahu apa yang telah Ia berikan sehingga kita paham Alasan tak pantas kita sombong dengan berhenti bersujud dan berbuat baik.
Selamat menunaikan ibadah puasa.
ENKA.
No comments:
Post a Comment
Leave comments here!