Saturday, January 16, 2016

[Resensi: Rahasia Pelangi - Riawani Elyta & Shabrina Ws] Oleh Hanna Enka

Judul buku: Rahasia Pelangi
Penulis: Riawani Elyta & Shabrina Ws
Editor: Bernard Batubara & Yulliya
Desainer sampul: Mulya Printis
Penerbit: Gagas Media
Tahun terbit: 2015
Tebal buku: x + 326 halaman
ISBN: 979-780-820-3

"Seharusnya, sejak awal aku menyadari bahwa cinta tak pernah jatuh terlalu jauh....."

•BLURB•

Katamu, ada pelangi setelah hujan.
Kau hadir, mengulurkan tanganmu.
Ajak aku melangkah, bersamamu.

Bisakah cinta menghilangkan rasa takut? Juga memupuk rindu yang mulai bertunas di hati?

---------------------------------------

Sepertimu, Anjani dan Rachel juga mencari cinta. Namun, mereka tak pernah menduga ternyata cinta segelap hutan di tengah malam.

Sementara bagi laki-laki itu, ia baru menyadari bahwa hidup ternyata seperti hutan. Jika tak hati-hati, banyak ranting yang akan membuatmu luka.

Dalam gelap hutan, akankah pelangi terlihat sama indahnya?

•RESENSI•

Berawal dari tragedi di arena sirkus yang disaksikan oleh Anjani. Ketika masih kecil, Anjani yang menonton sirkus bersama Ayah menyaksikan kejadian mengerikan saat gajah sirkus yang sedang melakukan atraksi tidak sengaja menginjak anaknya sendiri dan kemudian membanting anak gajah yang malang itu.

Anjani yang merasa trauma, kemudian memutuskan ia harus menghadapi rasa takutnya secara langsung dengan menjadi mahout. Dengan semakin seringnya ia berada di dekat gajah, mengurus dan melatih gajah, ia pun sedikit demi sedikit berhasil mengenyahkan ketertakutannya itu.

Anjani bertugas di Taman Nasional Tesso Nilo, dan menjadi tim Flying Squad yaitu tim patroli gajah latih yang mengusir gajah-gajah liar yang tanpa sengaja masuk area perkebunan dan pemukiman warga bersama Chay dan beberapa mahout-mahout lainnya.

Di sisi lain ada Rachel, seorang gadis penuh semangat yang merupakan aktivis di Change World Organization yang bergerak dalam kepedulian terhadap lingkungan.

Meskipun Rachel adalah anggota termuda di CWO cabang Pekanbaru namun, ia mendapat kepercayaan untuk melakukan survei lapangan ke Taman Nasional Tesso Nilo bersama Febri.

Anjani, Rachel, Chay dan Febri --  yang sama-sama punya kepedulian besar terhadap lingkungan -- bertemu di Taman Nasional Tesso Nillo. Di balik tugas mereka yang bergerak dalam passion lingkungan, ada benih-benih cinta yang menyebar di antara mereka.

Ketika Anjani melihat kedekatan Rachel dengan Chay, hatinya sempat terbakar cemburu. Kejadian di Istal membuatnya memutuskan untuk menjauhi keduanya dan memilih menyendiri. Anjani lebih banyak diam, dan tidak seperti hari pertama, yang senang untuk mengobrol bersama Rachel.

Juga Febri yang sebenarnya bertingkah konyol karena sebenarnya ia begitu peduli terhadap Rachel, dan ingin menjaganya.

Sampai pada hari penyerangan. Ketika gajah-gajah liar menyerbu perkebunan, dan tim Flying Squad berusaha mengusir gajah-gajah itu, terjadilah tragedi kedua yang serupa dengan kejadian yang menyebar trauma bagi Anjani di masa lalu. Gajah liar itu mengejar dan menginjak Rachel.

Bagaimana nasib Rachel? Juga tentang perasaan bersalah Anjani yang karena kecemburuannya terhadap Rachel hingga merasa bahwa dirinyalah penyebab Rachel tidak dapat berjalan normal. Tentang rasa sesal Anjani yang tidak menahan Rachel untuk turun dari gajah pada waktu itu.

Masihkah ada harapan untuk Rachel hidupnya berubah menjadi lebih baik? Ataukah, hanya ada luka dan trauma yang mengisi mimpi-mimpinya? Akankah pelangi terlihat sama indahnya?

---------------------------------

Seperti Rachel, saya mana tahu tentang mahout. Sejak baca #rahasiapelangi barulah saya paham, kalau yang peduli terhadap hutan bukan hanya polisi hutan, atau aktivis lingkungan. Yang pedulu terhadap gajah bukan hanya dokter hewan. Tetapi, mereka punya Mahout (re: pawang gajah) yang bekerja dan berperan seperti orang tua sang gajah.

Dimulai dari penampakan kaver bukunya, bisa dibilang pas. Keselarasan warna sama judul benar-benar menggugah selera untuk segera menikmati lembaran demi lembaran kisah di dalamnya. Maklum, saya suka hal-hal yang berwarna-warni. Maka, untuk kaver dari novel #rahasiapelangi, layak mendapatkan satu bintang.

Novel ini berkisah tentang perjalanan Anjani menjadi seorang, yang punya trauma dengan sirkus dan gajah di masa lalu. Lalu, juga ada Rachel yang bekerja di CWO -- Change World Organization -- yang terlibat konflik perasaan antara Anjani dan Chay.

Dalam novel ini, sang penulis mampu memaparkan dengan baik isu lingkungan secara fiksi dalam setiap momen yang dialami oleh tokoh-tokohnya. Tidak salah, semua permasalahan lingkungan yang jadi perhatian dirampungkan jadi satu. Kita seperti ada dalam cerita. Ikut mengamati hal-hal yang terjadi seperti; konflik antara warga dan gajah, proses melahirkan dan merawat gajah, kerusakan hutan oleh manusia, dan tentu saja, membaca novel #rahasiapelangi menambah ilmu kita tentang lingkungan. Dua bintang untuk ini.....

Novel ini juga berisikan kutipan-kutipan yang menyentuh perasaan. Saya pribadi suka. Karena, selain membahas tentang teguran untuk manusia atas alam yang rusak, juga memberikan macam-macam kutipan yang berkaitan dengan harapan dan perasaan. Satu bintang lagi untuk #rahasiapelangi.

Mungkin, di lain waktu, saya akan menjadi penikmat buku duet antata kak Riawani Elyta sama kak Shabrina WS.

Nah...

Untuk kamu yang pengen hunting buku, boleh deh #rahasiapelangi menjadi salah satu buku pilihanmu di dalam rak belanja, ya. Dijamin tidak akan menyesal.

#rahasiapelangi mengajak kita untuk saling mengingatkan agar menjaga anugrah yang diberi cuma-cuma oleh sang pencipta kepada kita.

Alam yang rusak, belum tentu bisa dikembalikan. Hendaknya kita sadar, kalau terkadang, karena keegoisan manusia, kita merusak tempat hidup makhluk lain yang sama berhak atas lingkungan yang ada di sekitar kita.

•KUTIPAN PILIHAN•

Kita memang tak bisa lari dari masa lalu. Namun, kita punya pilihan, berdamai dengan waktu. (Hlm. 1)

Berdamailah dengan kenangan. Bersahabatlah dengan waktu. (Hlm. 5)

Alam memberi banyak hal daripada yang ia dapatkan. Sementara, kita mencari banyak alasan untuk memberi pada alam. (Hlm. 7)

Saat-saat turun ke lokasi seperti ini, adalah masa ketika kami benar-benar terpapar pada kenyataan tentang masih begitu banyak PR tentang penjagaan kelestarian lingkungan yang belum selesai. (Hlm. 27)

Alam adalah guru yang tak menua oleh waktu. (hlm. 61)

Mungkin, karena gajah adalah makhluk yang cerdas dan spontan. Mereka sedikit bersuara, tetapi lebih banyak mendengar. (Hlm. 72)

Pada gajah, kita belajar ketulusan, bagaimana mendengarkan dan bersikap tenang. (hlm. 79)

Aku tak pernah bosan berlama-lama berada di alam. Aromanya, tak oernah kudapatkan di ruang yang diberi pewangi termahal di dunia sekalipun. (Hlm. 88)

Saat kerikil datang, cinta bisa bermetamorfosis menjadi rasa yang berbeda, dan jaraknya hanya tinggal selapis kertas dengan rasa benci. (hlm. 109)

Prasangka bisa mengubah setitik bara menjelma kobaran yang tak terduga. (hlm. 129)

Kadang, kaki terpeleset tak hanya di tempat basah, tetapi juga tergelincir di jalan berpasir. Namun, pasti tak ada satu langkah pun yang ingin terjatuh, apalagi tak bisa bangkit lagi. (hlm. 151)

Penyesalan adalah jembatan bagi jalan cahaya. Tapi, rasa bersalah sering kali menghalangi kita, untuk mengambil kesempatan kedua. (Hlm. 167)

Perasaan putus asa adalah penderitaan paling menyakitkan daripada sakit itu sendiri. (Hlm. 179)

Gajah menyimpan semua hal dari perjalanan hidupnya. Namun, mereka selalu bersikap dengan kejernihan berpikirnya. (hlm. 193)

Jika semua hal diukur dengan materi, kau tak akan pernah selesai dengan dirimu sendiri. (Hlm. 211)

Benci bisa mengubah keterasingan yang manis, menjelma keakraban yang anyir. (Hlm. 221)

Semakin kamu membiarkan dirimu terpuruk, semakin sulit untukmu kembali bangkit. (Hlm. 233)

Jika kita terus-menerus menyalahkan diri akan sesuatu di luar jangkauan kita, bukankah itu sama artinya dengan kita meragukan Tuhan? (Hlm. 257)

Tidak ada kehilangan yang lebih besar daripada kehilangan hidup itu sendiri. (Hlm. 269)

Ada perhatian tak kasatmata. Ia bernama, doa dalam diam. (hlm. 291)

Cinta bukan seberapa banyak kau mengatakan, melainkan sejauh mana kau membuktikan. (hlm. 317)

Hidup memang penuh rahasia, seperti pelangi, ia tak bisa ditebak kapan datangnya. (Hlm. 321)

--------------------------------
Simak juga kisah di balik pembuatan novel rahasia pelangi di http://www.riawanielyta.com/2015/06/novel-duet-terbaru-saya-rahasia-pelangi.html?m=1

NK

1 comment:

Leave comments here!