Tuesday, September 30, 2014

CERMIN (Bentang Pustaka) - Hanna Enka "Sang sahabat putri salju"

"Fay, mau sampai kapan kamu diam di depan loker?" Alicia bertanya untuk ke sekian kalinya. 

Faya menoleh pada perempuan berambut pendek sebahu itu. Ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya kembali melipat kertas berwarna biru muda itu ke dalam amplop dan menutup pintu lokernya dengan satu sentakan.

Lagi-lagi, Feya menerima surat dari seseorang yang menamai dirinya "sahabat putri salju." Ini sudah kali ketiga Ia menerima surat dengan isi yang berbeda namun mempunyai maksud yang sama. Tak susah menebak, surat itu pasti dari seorang laki-laki, melihat caranya menulis yang tidak keruan dan caranya berbahasa dalam surat seakan mengajak gadis itu bertemu di suatu tempat.

Feya tidak tahu dengan pasti, siapa yang mengiriminya surat tersebut. Pikirannya selalu berharap bahwa surat itu dikirim oleh Ronin, ketua klub baseball yang diidolakan oleh semua anak perempuan di kampus. Namun saya sayang, firasatnya justru berkata lain.

"Sahabat putri salju?" 

Sebutan itu benar-benar membebaninya. Ia menduga, mungkin saja surat itu dari Darwin, laki-laki yang akhir-akhir ini sering memperhatikannya secara sembunyi-sembunyi.

Darwin adalah salah satu anggota dalam komunitas pecinta sulap. Feya bukannya tidak menyukainya, hanya saja, Ia terlalu jauh bila harus disetarakan dengan kriteria laki-laki idamannya. Darwin memiliki tubuh yang pendek. Setengah dari tinggi badannya. Ia berharap, dugaannya salah. Feya tidak suka menyakiti seseorang jika berhubungan dengan masalah perasaan.

"Apa itu?" Alicia merebut amplop yang dipegang oleh Feya. Ia lalu mengalihkannya ketika Feya berusaha untuk merebutnya kembali. "Sahabat putri salju?" Tanyanya dengan alis terangkat sebelah. "Seorang penggemar rahasia?"

Feya mengangkat kedua bahunya secara bersamaan.

"Lihatlah! Bahasanya puitis sekali, walaupun sebagian besar sulit untuk dibaca karena tulisannya yang sedikit, kacau."

Feya menghela napas dengan berat. "Kurasa hanya seseorang yang ingin mengenalku lebih dekat. Dan aku tidak begitu tertarik untuk menanggapinya." Kata gadis itu sambil mengayunkan tangan kanannya ke udara.

"Bagaimana jika laki-laki itu adalah Darwin?"

Ya ampun, Alicia bahkan mempunyai dugaan yang tidak jauh berbeda dengan apa yang dipikirkannya.

"Ayolah! Apa kau sungguh tidak akan menanggapinya? Dia berniat baik. Ingin mengenalmu lebih dekat."

"Entahlah!"

"Jangan katakan kau tak ingin menemuinya karena kau malu dengan kondisi fisiknya." Alicia mendesah dengan keras. "Ayolah, Fey! Kalau memang kau tidak menyukainya, setidaknya terima tawarannya untuk bertemu. Tidak mengacuhkannya justru membuatnya lebih terluka daripada kau menolak ketika Ia mengaku mencintaimu."

Feya diam tak merespons.

"Kau tak boleh seperti itu. Menilai orang dari kondisi fisiknya. Siapa yang bisa menyangka, kalau ternyata dia mungkin saja jodohmu."

Feya menatap ke langit. Terkadang manusia juga selalu bertingkah tidak adil karena selalu menilai seseorang dari fisiknya yang mungkin tidak sama atau mempunyai kekurangan.

****

No comments:

Post a Comment

Leave comments here!